TEMPO.CO, Solo - Pelaku upaya mikro mini dan menengah (UMKM) kudu konsisten menerapkan kualitas hasil produksi jika mau bisa memperkuat di tengah dinamika ekonomi.
Hal itu mengemuka dalam talkshow nan merupakan rangkaian aktivitas peringatan HUT ke-44 Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) nan digelar di Pura Mangkunegaran Solo, Jawa Tengah, Jumat, 17 Mei 2024.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Solo Dwiyanto Cahyo Sumirat selaku salah satu narasumber talkshow mengemukakan meski saat ini UMKM terus bertumbuh, para pelaku upaya itu tetap mendapati sejumlah hambatan di lapangan, di antaranya dalam standarisasi dan kapasitas.
"Banyak pelaku UMKM nan mulai mengabaikan kualitas produknya lantaran mendapat banyak pesanan," ungkap laki-laki nan karib disapa Anto itu.
Berkaitan dengan kapabilitas nan dimiliki, Dwiyanto menyebut, UMKM sering menerima order di luar kapabilitas produksi sehingga pengiriman produk mundur dari kesepakatan. Selain itu, dia menyatakan, satu perihal nan tidak kalah krusial adalah mencatat laporan finansial secara rutin. Menurutnya, perihal itu bakal menarik perhatian pihak perbankan untuk memberikan modal.
“Dari perspektif pandang perbankan, selain kami mau membantu, kami juga memandang risikonya. Untuk itu nan diperlukan adalah laporan keuangan,” katanya.
Sejumlah hambatan nan kerap dihadapi para pelaku UMKM itu, menurut Dwiyanto, kudu menjadi perhatian mengingat keberadaan UMKM mempunyai nilai penting. Dari jumlah, dia menyebut, UMKM dari tahun ke tahun secara signifikan terus bertambah.
Di Kota Solo tercatat ada peningkatan UMKM dari tahun 2022 nan jumlahnya sekitar 11.100 UMKM menjadi 13.200 di tahun 2023.
“Peningkatan paling besar antara 2021-2022. Di tahun 2021, jumlah UMKM hanya 3.600, melompat ke 11.100. Ini luar biasa," tuturnya.
Selanjutnya: Menurut Dwiyanto, peningkatan tersebut dapat diterjemahkan sebagai....
- 1
- 2
- Selanjutnya