Kesaksian Farhan Lerai Insiden Doa Rosario: Kepala Gua Ngocor Darah

Sedang Trending 4 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Tangerang Selatan, CNN Indonesia --

Aksi penggerudukan penduduk terhadap sekelompok mahasiswa nan melakukan ibadah Doa Rosario di Tangerang Selatan, Banten, terjadi akhir pekan lalu.

Polres Tangerang Selatan mengatakan telah mengamankan beberapa penduduk dalam kasus dugaan pengeroyokan alias penganiayaan mengenai penggerudukan mahasiswa nan melakukan ibadah Doa Rosario ini.

Dalam tindakan penggerudukan itu jatuh beberapa korban luka, termasuk salah satunya mahasiswa Universitas Pamulang yang mencoba membantu melerai kegaduhan tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mahasiswa semester 6 Universitas Pamulang, Farhan Rizky, mulanya mengaku hanya mau memandang peristiwa nan terjadi pada Minggu (5/5) malam. Farhan merupakan salah satu mahasiswa nan kos di sekitar tempat kejadian perkara (TKP).

"Tiba-tiba terjadi pengeroyokan. Pengeroyokan gua hanya misahin, dong. Gua enggak kenal siapa-siapa. nan cewek, nan warga, juga enggak kenal. Karena gua iba aja nan itu dikeroyok sendiri tuh nan cowok," ujar Farhan saat ditemui di sekitar TKP, Senin (6/5).

Meskipun niatnya melerai, Farhan mengatakan penduduk malah tak terima dan mengira dirinya bagian dari golongan mahasiswa tersebut.

Padahal, kata Farhan, dirinya mengaku tidak kenal kedua belah pihak.

"Gua pisahin, nan ono enggak terima ini dipisahin segala macem. nan ngeroyok enggak terima, mikir gua temannya. Padahal enggak kenal, gua hanya misahin saja. Gua netral, enggak kenal kanan, enggak kenal kiri. Kasihan lihatnya [orang digeruduk]," kata dia.

Kala itu, Farhan mengaku memandang ada tiga orang nan diduga melakukan pengeroyokan.

Setelahnya, Farhan menyebut Ketua RT datang dan meminta untuk bubar. Oleh lantaran itu, Farhan pun beriktikad kembali ke kosnya. Namun, dia memandang ada orang berbaju merah datang dengan diduga membawa pisau di bagian belakang bajunya.

"Gua ngeri anak orang dibunuh kan. Cuma ngomong "Woy bang kenapa bawa pisau". Nodonglah dia ke gua. Nodong ke arah perut. Gua tahan lah [menahan diri]. Karena gua manusia biasa tembus [ditusuk pisau] juga gua," terang Farhan.

"Satu enggak kena, tapi satu enggak tahu dari mana kena. Ada dua (pisau). nan satu kepegang (pisau) tangannya. nan satunya lagi datang adeknya tuh tiba-tiba naplok. Gue pikir ditampol [dipukul], gue enggak bakal masalahin. Tiba-tiba kepala gua ngocor darah. Dijahit, 3 jahitan," sambungnya.

Padahal enggak kenal, gua hanya misahin saja. Gua netral, enggak kenal kanan, enggak kenal kiri. Farhan

Kini, Farhan mengaku telah berbaikan dengan pihak pelaku. Adapun Ia berambisi tidak bakal ada lagi kejadian serupa di kemudian hari.

"Sekarang dah damai. Gua enggak mau masalah itu sama gua nyampur. Beda ini. Saya di situ mukul juga enggak. Kalau saya mukul, saya tahu risikonya. Ini beneran hanya misahin," imbuhnya.

Polres Tangerang Selatan mengaku telah mengamankan sejumlah penduduk dalam kasus dugaan pengeroyokan alias penganiayaan mengenai penggerudukan mahasiswa nan melakukan ibadah Doa Rosario ini.

Ketua RW 002 Marat yang juga berada di lokasi setelah kericuhan meledak itu mengakui memang ada satu orang penduduk nan membawa senjata tajam (sajam) berupa pisau dapur pada kejadian itu.

Menurut Marat, sajam itu dibawa secara spontan, bukan sengaja disiapkan.

Selain itu, Marat menegaskan bahwa pihak RT dan RW telah melarang penduduk untuk membawa sajam.

"Spontan. Karena terdengar ada ribut-ribut, dia bawa sajam, namanya emosi kan, sepintas gitu. Kita sudah melarang. Lagi gaduh. Pihak RT RW sudah melarang [senjata tajam]," ungkap Marat.

Menurut Marat, ada satu orang nan menjadi korban dari kejadian itu.

Usai peristiwa tersebut, pada Senin lalu, sejumlah pihak menggelar pertemuan untuk membahas dugaan penggerudukan penduduk terhadap sekelompok mahasiswa nan menggelar ibadah Doa Rosario. Kegiatan itu digelar di Kantor Kelurahan Babakan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan, Senin kemarin.

Setelahnya, Kemenag Tangsel menyatakan perkara penyergapan mahasiswa nan melakukan Doa Rosario itu sudah damai.

"Kita kumpul, semua abdi negara berkumpul nan berkepentingan dari RT, RW, lurah, camat, kapolsek, semuanya kita berkumpul," kata Kasubag TU Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan Asep Azis Masser saat ditemui di instansi Kelurahan Babakan, kemarin.

Menurut Asep, keributan serupa baru pertama kali terjadi di lingkungan ini. Ia menyatakan pertemuan itu berbuah perdamaian.

"Kita sudah satu suara, bahwa semua ini kita menjadi tenteram lagi, kembali hidup berdampingan lagi," ucapnya.

Pihaknya menilai Doa Rosario merupakan aktivitas nan baik. Namun, juga kudu memperhatikan hal-hal lain, seperti etika.

Asep menegaskan aktivitas angan ini boleh dilanjutkan, asal tidak membikin gaduh. Selain itu, dia menyarankan para mahasiswa itu mencari tempat lain. Namun, perihal itu tidak menjadi argumen adanya larangan aktivitas beragama.

"Bukan beragamanya nan dilarang alias nan diangkat. Bukan. Ini etika sosialnya. Makanya kudu diperhatikan itu," kata Asep.

Sementara itu pegiat kepercayaan Katolik, Hesti, menyebut tidak ada korban nan datang dalam pertemuan itu. Ia pun menyayangkan perihal tersebut.

"Secara administrasi, mungkin kita namanya mengampuni ya, memaafkan. Tapi jika secara hukum, proses norma tetap berjalan," kata Hesti diwawancaradi instansi Kelurahan Babakan

Dihubungi terpisah, Kapolsek Cisauk AKP Dhady Arsya membenarkan ketidakhadiran para mahasiswa dalam pertemuan itu.

"Mahasiswa sudah kami usahakan untuk hadir, tapi sedang UTS jadi tidak bisa hadir. Mereka diwakili oleh FKUB dan Kemenag," kata Dhady kepada CNNIndonesia.com.

(pop/kid)

Selengkapnya
Sumber cnnindonesia.com nasional
cnnindonesia.com nasional