TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengunjungi akomodasi industri terintegrasi CNGR di wilayah Qinzhou, China pada akhir pekan lalu. Dalam kunjungan ke pabrik nikel tersebut, disepakati kerja sama riset dan pengembangan dengan Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada.
Menko Perekonomian Airlangga diterima oleh pemimpin CNGR Deng Wei Ming. “CNGR berkomitmen untuk bekerja sama dengan universitas terkemuka di Indonesia dalam pengembangan diversifikasi teknologi industri material untuk daya baru di Indonesia” ujar Deng lewat pernyataan tertulis, Ahad, 26 Mei 2024.
CNGR merupakan salah satu group perusahaan besar dari China nan bergerak di industri pengolahan nikel dari hulu sampai hilir. Perusahaan ini memproduksi sintesa prekursor terner dan nikel elektrolitik. Sejak 2021, CNGR sudah melakukan investasi sebesar Rp 32,1 triliun di Indonesia dengan membangun akomodasi industri pengolahan nikel di Morowali, Morowali Utara, Weda Bay, dan Batulicin.
Saat ini CNGR mulai mengembangkan akomodasi area terintegrasi di Konawe Utara nan disebut Kawasan Industri Tekno Hijau Konasara (KITHK) seluas lebih dari 5.000 ha nan bakal dimulai pembangunannya pada kuartal IV 2024 ini dan diklaim bakal menyerap 28 ribu tenaga kerja lokal.
Sebagai sinergi dengan kebijakan penghiliran mineral di Indonesia, CNGR telah sukses memproduksi elektrolitik nikel alias nikel katoda dengan kemurnian 99,99 persen. Pada 23 Mei 2024 lalu, perusahaan telah membawa nikel Indonesia masuk ke dalam rantai pasokan metal di London Metal Exchange alias LME.
Perusahaan ini merencanakan untuk melakukan investasi sebesar Rp 168,2 triliun di Indonesia dalam 20 tahun ke depan.
Iklan
Untuk menjaga keberlanjutan sumber daya alam dan ketahanan persediaan mineral Indonesia, CNGR melakukan pengolahan biji nikel dengan penemuan teknologi OESBF (oxygen enriched side blown furnace) nan merupakan industri pertama di bumi nan mengimplementasikan pemanfaatan bijih nikel dengan cakupan grade nan lebih luas, efisiensi daya nan meminimalisir emisi karbon, dan produksi limbah nan ramah lingkungan serta dapat dimanfaatkan oleh industri lain.
Saat ini CNGR menjadi top dunia untuk pemasok prekursor bagi rantai industri baterai lithium selama 4 tahun berturut-turut, nan digunakan oleh banyak industri terkemuka, seperti Tesla, Samsung, LG, SK, dan Panasonic.
Melalui kerja sama ini bakal dipersiapkan pendirian Metal Energy Research and Development Center alias Pusat Riset dan Pengembangan Material Energi. Sementara UGM bakal mendorong pengembangan Engineering Research Innovation Center di UGM, nan saat ini penelitiannya lebih banyak mengenai recycling, rare earth element, deposit material di Indonesia. Dengan support CNGR, penelitian dan pengembangan bakal lebih konsentrasi ke material untuk daya baru.
Pilihan Editor: Starlink Bisa Didenda Kominfo Kalau Tak Bangun Kantor Operasional di Indonesia