Masih Loyo, Rupiah Melemah ke Level Rp 15.978 per Dolar AS

Sedang Trending 6 bulan yang lalu

TEMPO.CO, Jakarta -Dolar AS tetap kuat dan nilai tukar rupiahhttps://www.tempo.co/tag/rupiah tetap melemah dalam penutupan perdagangan hari ini Senin, 20 Mei 2024. Kurs rupiah ditutup melemah 23 poin ke level Rp 15.978 per dolar Amerika.

Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan info pekan lampau menunjukkan nilai konsumen AS bulan April menurun. Akibatnya, pasar memperkirakan penurunan suku kembang sebesar 50 basis points (bps) alias setidaknya dua kali penurunan suku kembang tahun ini.

Namun, beragam pejabat The Fed telah memberikan peringatan tentang kapan suku kembang mungkin bakal turun. Oleh lantaran itu, para pedagang bertaruh pada pelonggaran sebesar 46 bps pada tahun ini dan hanya penurunan suku kembang pada bulan November nan sudah diperhitungkan sepenuhnya. "Fokusnya sekarang adalah pada laporan indeks nilai Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) ukuran inflasi pilihan The Fed nan bakal dirilis pada tanggal 31 Mei," kata dia pada Senin, 20 Mei 2024.

Di samping itu, pasar juga bakal konsentrasi pada risalah pertemuan terakhir The Fed nan dijadwalkan pada Rabu ini. Purchasing Managers' Index (PMI) awal untuk area euro, Jerman, Inggris dan AS juga bakal dirilis pekan ini, berbareng dengan daftar pembicara Fed nan lengkap.

Dari domestik, ahli ekonomi memperkirakan defisit transaksi melangkah alias current account deficit (CAD) Indonesia bakal melebar pada kuartal I 2024. Kondisi itu berkesempatan terjadi seiring dengan surplus neraca perdagangan nan menyusut. Neraca transaksi melangkah Indonesia mencatatkan defisit 0,4 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada kuartal I 2024. Padahal, pada kuartal I 2023 neraca transaksi melangkah surplus sebesar 0,9 persen dari PDB. 

Iklan

Hal ini juga menunjukkan pelebaran defisit 0,38 persen dari PDB pada kuartal IV 2023. Pelebaran defisit transaksi melangkah ini utamanya dipengaruhi oleh surplus neraca perdagangan nan menurun dari US$ 12,11 miliar pada kuartal I 2023 menjadi US$ 7,41 miliar pada kuartal I 2024. 

Di sisi lain, impor peralatan meningkat, sejalan dengan naiknya kebutuhan masyarakat pada periode Natal dan Tahun Baru. Sementara itu, defisit neraca jasa dan neraca pendapatan primer tercatat lebih tinggi, sejalan dengan peningkatan aktivitas domestik dan pola pembayaran kembang pada periode laporan. 

Sepanjang 2023, transaksi melangkah mencatatkan defisit sebesar US$ 1,6 miliar alias 0,1 persen dari PDB, setelah membukukan surplus sebesar US$ 13,2 miliar alias 1 persen dari PDB pada 2022. Defisit transaksi melangkah diperkirakan bakal tetap terkendali pada 2024, menjadi 0,75 persen dari PDB.  "Ekspektasi ini didorong oleh beberapa faktor, termasuk normalisasi nilai komoditas secara bertahap, juga permintaan domestik nan solid sejalan dengan prospek ekonomi domestik nan positif."

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis