Jakarta, CNN Indonesia --
Sebagian wilayah Kampung Bulak Barat, Depok, Jawa Barat, berada di dataran rendah. Rumah-rumah penduduk di sana sekarang ditinggal pemiliknya lantaran banjir menahun nan tak kunjung teratasi.
Wilayah Kampung Bulak Barat yang terendam banjir berada di lintasan jalan penghubung utama antara Kecamatan Sawangan dan Cipayung, Depok.
Saat ini, jalan penghubung itu meninggal total. Pengemudi harus memilih rute lain nan jaraknya lebih jauh sekitar 3 kilometer
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagian warga RT 03 dan 04, RW 08 paling terdampak banjir. Itu lantaran rumah mereka berada di titik paling rendah.
Ketinggian air pada Kamis (2/5) siang ini sekitar 1 sampai 1,5 meter. Banjir nan tak kunjung teratasi membikin kampung ini sempat viral di media sosial beberapa waktu lalu.
Rahmat sedang duduk di tepian jalan tak jauh dari pemisah genangan air.
Mengenakan topi rimba cokelat dan perangkat seadanya, dia mengayun joran untuk melepas mata pancing ke genangan nan ada di depannya.
Setelah melempar kail, Rahmat membenarkan posisinya duduknya. Kini, dia jongkok dengan kaki bugil dan tangan kanan memegang joran.
"Lumayan, dapet bawal, gabus, lele. Ya, dapet 3 ekor, 5 ekor juga bisa jika lagi banyak," jelas Rahmat saat ditemui CNNIndonesia.com.
Selain Rahmat, beberapa anak-anak juga ikut mencari ikan dengan menggunakan jaring. Tidak sedikit nan hanya bermain air, namun tidak sampai berenang.
Menurut Rahmat anak-anak jarang ada nan berenang lantaran aliran banjir nan cukup kencang ketika hujan turun. Selain itu, sering ditemui biawak dan ular di sekitar area banjir.
"Kenceng itu alirannya, kan nyambung Kali Pesanggrahan. Biawak juga suka pada lewat, ular juga ada tapi langka sih," kata Rahmat.
Sejak Oktober 2023, wilayah Bulak Barat di Depok mengalami banjir besar nan belum pernah terjadi sebelumnya, memaksa enam family untuk mengungsi. RT 03 dan 04 RW 08 menjadi wilayah nan paling terdampak. Foto: CNN Indonesia/ Cesar Sanabil
Sebelum banjir menerjang wilayah tersebut relatif hidup. Sedikitnya ada enam kepala family nan tinggal di sana, ada tanah lapang, dan kebun-kebun warga.
Sore hari bakal ramai kendaraan lampau lalang dan anak-anak nan bermain. Kini, wilayah itu tak lagi dijamah penduduk selain orang-orang nan membunuh waktu dengan memancing.
Banjir tak biasa
Maeh, penduduk lain di Kampung Bulak menyebut air sudah menggenangi wilayahnya sejak Oktober 2023. Namun, ketinggian air nan sekarang berkisar 1 meter, sudah terjadi selama lima bulan terakhir.
Siang itu Maeh sedang duduk berbareng rekannya di sebuah saung nan terletak tak jauh dari rumahnya.
Beruntung bagi Maeh, rumahnya berada di tanjakan berjarak seratusan meter dari titik terendah. Dengan posisi itu, banjir tak sampai naik ke rumahnya.
Meski demikian, bagi Maeh, banjir di kampungnya tidak biasa. Sejak mini dia menyebut tak pernah kampungnya diterjang banjir.
"Saya lahir dan tinggal di sini selama 70 tahun, enggak banjir. Banjir baru dua tahun terakhir, lah. Apalagi banjir berbulan-bulan, gini, asing banget," kata Maeh.
Menurut Maeh, banjir telah menjadi masalah berulang selama dua tahun terakhir. Awalnya, ketinggian air rata-rata hanya 0,5 meter. Namun, situasi memburuk secara signifikan pada Oktober 2023 saat ketinggian banjir mencapai dua meter.
Penyebab utama banjir ini menurut Maeh karena ada penumpukan sampah di Kali Pesanggrahan nan melewati kampung.
Tumpukan sampah ditambah hujan lebat nan terus-menerus menyebabkan sungai meluap. Situasi diperburuk oleh longsoran sampah dari tempat pembuangan sampah terdekat.
Langkah Pemkot Depok
Menurut Ketua RW 08, Muhidin, Wali Kota Depok Mohammad Idris, telah mengunjungi letak banjir pagi ini sekitar pukul 09.00 WIB. Pemerintah Kota Depok berencana mengambil alih lahan nan terkena banjir.
Tujuan dari pembebasan lahan ini adalah untuk memaksimalkan proses rekonstruksi dan normalisasi wilayah kali. Langkah ini diharapkan dapat menyelesaikan persoalan banjir ke depan.
"Wali kota bilang mau diusahakan agar air itu lancar, nan kedua lahan-lahan nan terdampak banjir itu rencananya mau dibebasin buat diolah," ujar Muhidin.
Sebagian wilayah Bulak Barat di Depok telah mengalami banjir besar nan belum pernah terjadi sebelumnya, memaksa enam family untuk mengungsi. RT 03 dan 04 RW 08 menjadi wilayah nan paling terdampak. Foto: CNN Indonesia/ Cesar Sanabil
Muhidin, mewakili penduduk RW 08, berambisi Pemkot Depok memprioritaskan normalisasi aliran kali sebelum pembebasan lahan.
"Saya pengennya sih atas nama masyarakat, normalisasi kali, baru pembebasan lahan, kelak lahan diuruk buat bikin aliran kali nan baru," jelas Muhidin.
CNNIndonesia.com menghubungi Muhammad Idris untuk meminta keterangan lebih lanjut soal banjir Bulak Barat, namun belum direspons.
Muhidin berkata wilayah nan terendam banjir di Kampung Bulak sekitar 1 hektare. Sebagian besar wilayah itu terdiri dari lahan pertanian milik penduduk, warung, rumah-rumah warga, ruko dan sebuah pabrik tahu nan terpaksa berakhir beroperasi.
Menurut Muhidin saat ini ada sekitar 10 rumah nan terkena akibat banjir, namun hanya 6 family nan memilih untuk mengungsi.
Selebihnya, memilih memperkuat meski dilanda kekhawatiran tiap malam tiba. Seorang penduduk mengaku memilih memperkuat lantaran tidak ada pengganti tempat berlindung.
"Saya tinggal di sini tiap malam cemas, apalagi pas hujan. Kemaren malem tinggi banjir nan biasanya 1,5 meter naik 3 meter apalagi pas hujan sampe laman rumah saya," ucap penduduk nan tak mau disebut namanya.
Nurmat, Ketua RT 03, mengungkapkan sampai saat ini belum ada support material nan diterima penduduk terdampak banjir. Bantuan nan telah diberikan berupa sembako dari sumber nan tidak dikenal, bukan dari pemerintah setempat.
(csp/wis)
[Gambas:Video CNN]