Mengapa Beras Tetap Mahal saat Harga Gabah Terpuruk? Ini Penjelasan Bulog

Sedang Trending 5 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

TEMPO.CO, Jakarta - Diretur Utama Bulog, Bayu Krisnamurthi mengatakan tingginya nilai beras saat panen raya terjadi di tingkat pedagang. Menurut Bayu, pedagang mempunyai pertimbangan tertentu sehingga tidak menurunkan harganya. "Pada musim nan bakal datang mungkin panen tidak sebaik nan diharapkan alias beresiko," ujarnya pada Jumat, 3 Mei 2024. 

Menurut Bayu, tingginya nilai beras juga bisa disebabkan oleh situasi internasional. Ketegangan geopolitik di Timur-tengah memicu penguatan kurs dolar Amerika Serikat. "Tampaknya teman-teman di ritel memperhitungkan aspek tadi. Itu sebabnya ke depan saya kira untuk menstabilkan nilai khususnya beras kudu punya keahlian ritel," ujarnya.

Badan Pangan Nasional (Bapanas) pada Jumat, 3 April 2024 mencatat nilai beras medium Rp 13.680 per kilogram. Sedangkan nilai beras premium mencapai Rp 15.890 per kilogram. Harga tersebut tetap termasuk mahal. 

Padahal, nilai beli gabah di tingkat petani sekarang sedang merosot tajam seiring dengan panen raya. Harga pembelian gabah di Bulog sekarang hanya kisaran Rp 5.000 sampai Rp 6.000 per kilogram. Kondisi tersebut sempat membikin Serikat Petani Indonesia nan meminta pemerintah meningkatkan nilai pembelian pemerintah (HPP) Rp 7.000 per kilogram.

Mengenai permintaan tersebut, Bayu enggan berkomentar. Bayu mengatakan Bulog tidak mempunyai kewenangannya memberikan patokan harga. "Silakan diajukan ke pemerintah nan menentukan HPP, bulog hanya melaksanakan," ujarnya.

Iklan

Dalam sehari Bulog dapat melakukan penyerapan dari petani sebanyak 30.000 ton beras per hari. Penyerapan dilakukan dengan sentra pengolahan padi alias beras melalui mitra. Bulog juga melakukan penjemputan ke petani dengan program jemput gabah. Bulog memprediksi kondisi panen raya bakal berjalan Mei sampai awal Juni 2024 ini.

Meski stok saat panen raya ini melimpah, Bayu menyebut kudu tetap waspada lantaran Agustus mendatang masuk ke musim kering sehingga impor beras tetap berjalan dan tidak dikurangi, tapi difokuskan ke wilayah sentra non produksi. Hal itu dilakukan untuk menjaga kestabilan stok beras hingga ke depannya. "Juli, Agustus enggak pasti tetap ada panen alias tidak. Tingkat ketidakpastiannya tinggi, jadi nan krusial kami punya stok dulu," ujarnya.

Pilihan Editor: Jokowi dan Bos Microsoft Bahas Investasi Besar di Bidang Kecerdasan Buatan

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis