Mengenal Bahrain, Negara Kaya Seluas Jakarta yang Jadi Lawan Indonesia Malam Ini

Sedang Trending 1 bulan yang lalu

TEMPO.CO, Jakarta - Timnas Indonesia malam ini bakal berhadapan dengan Bahrain dalam babak penyisihan Putaran Ketiga Piala Dunia 2026  Zona Asia Grup C malam ini, Kamis, 10 Oktober 2024. Bahrain, nan bakal menjadi tuan rumah berada di posisi keempat klasemen dengan nilai 4 dan Indonesia di posisi kelima dengan nilai 2 hasil menahan Saudi dan Australia.

Lalu Bahrain itu negara seperti apa? Negara berbentuk monarki di Teluk Persia ini luasnya 780km persegi, sedikit lebih luas dari Jakarta nan 661 km persegi. Bahrain adalah sebuah kepulauan mini nan berpusat di Pulau Bahrain, pulau terbesar di negara itu. Negara ini hanya berjarak sekitar 23 km  sebelah timur Arab Saudi, nan terhubung dengan Jembatan Raja Fahd.

Bahrain adalah negara pertama pengirim minyak di Teluk Persia. Sejak akhir abad ke-20 Bahrain mulai berinvestasi pada sektor perbankan dan pariwisata. Beberapa lembaga finansial berskala besar berpusat di Manama, merupakan ibu kota negara ini. Bahrain mempunyai tingkat Indeks Pembangunan Manusia nan tinggi dan dikenal oleh Bank Dunia sebagai sebuah negara berpendapatan tinggi.

Menurut info Dana Moneter Internasional (IMF),  Bahrain ada di posisi ke-99 negara terkaya dengan PDB 87 miliar dolar AS. Indonesia berada di posisi ketujuh dengan 3,9 triliun. Dari segi jumlah penduduk, Indonesia dengan 270 juta masyarakat sementara Bahrain hanya 1,5 juta.

Namun dari pendapatan per kapita, Indonesia tertinggal jauh. Bahrain di posisi ke-39 dengan pendapatan per kapita 39 ribu dolar As, sedangkan Indonesia di posisi ke-116 dengan 4.600 dolar AS.

Perekonomian Bahrain disokong minyak dan gas alam, namun mereka mulai mendiversifikasi perekonomian. Menurut CIA World Fact Book: minyak tetap mencakup 85% dari pendapatan anggaran Bahrain. Namun dalam beberapa tahun terakhir, sektor pariwisata sudah mulai menghasilkan.

Bahrain selama beratus-ratus tahun di bawah kekuasaan Portugis dan Persia, hingga family Al-Khalifah berkuasa dan mengundang Inggris sebagai pelindung. Setelah Perang Dunia II, sentimen anti-Inggris menguat di Arab sehingga pengaruh negeri Eropa itu pun berkurang di Bahrain.

Iklan

Pada tahun 1970-an, Iran mencoba menuntut kewenangan atas kepulauan di Persia termasuk Bahrain. Namun klaim mereka ditolak. Pada Maret 1999, Hamad ibn Isa al-Khalifah menggantikan ayahandanya sebagai kepala negara. Ia menjalankan pelbagai perubahan, di antaranya; memberi kewenangan pilih kepada kaum wanita dan membebaskan semua tahanan politik.

Di tengah bentrok Israel dan Palestina, Bahrain dan negara-negara Teluk lain didekati Barat agar tidak ikut terlibat. Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy minggu ini bakal berjumpa dengan para pemimpin di Bahrain dan Yordania sebagai bagian dari upaya diplomatik Barat untuk mencegah eskalasi lebih lanjut di Timur Tengah.

Lammy bakal tiba di wilayah tersebut untuk "menegaskan kembali pentingnya bekerja sama dengan mitra regional untuk menekan agar menahan diri dan bakal menuntut Iran dan proksinya menghentikan serangan mereka," kata instansi luar negeri dalam sebuah pernyataan.

IMF | REUTERS | WIKIPEDIA

Pilihan Editor Prabowo Sebut Makan Siang Bergizi Akan Ada di Pesantren

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis