TEMPO.CO, Jakarta - Muhammadiyah, salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia memutuskan menarik seluruh dananya dari PT Bank Syariah Indonesia disingkat BSI. Keputusan ini berakibat signifikan terhadap saham BSI nan mengalami penurunan drastis, mencapai Rp 2.180 per lembar pada akhir pekan Juni 2024.
Keputusan Muhammadiyah ini menimbulkan spekulasi kekhawatiran lebih jauh, akankah memantik soal rumor rush money. Apa sebenarnya rumor rush money?
Isu Rush Money
Rush money alias nan dikenal juga sebagai run pada lembaga finansial terjadi ketika adanya penarikan biaya massal oleh masyarakat dari lembaga keuangan. Fenomena ini sering dipicu oleh kepanikan publik nan meragukan kestabilan lembaga finansial tempat mereka menyimpan uang.
Alasan utama di kembali rush money adalah hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga keuangan, nan bisa dipicu oleh krisis ekonomi alias masalah internal nan menakut-nakuti keberlangsungan lembaga tersebut.
Penyebab Rush Money
Fenomena rush money dapat dipicu oleh beragam aspek psikologis masyarakat dan kondisi internal lembaga keuangan. Menurut tulisan ilmiah dari International Journal of Business, Economics and Law, salah satu penyebabnya adalah ketika lembaga finansial menghadapi masalah likuiditas lantaran pola peminjamannya nan meminjam pendek dan memberikan pinjaman jangka panjang.
Ketika banyak biaya nan telah dipinjamkan dalam corak pinjaman jangka panjang, hanya sebagian mini dari biaya nan tersedia dalam corak kas di brankas alias instansi lembaga keuangan. Sehingga jika terjadi penarikan berbarengan oleh banyak orang, lembaga finansial tidak dapat memenuhi permintaan tersebut.
Iklan
Dampaknya Terhadap Ekonomi Negara
Rush money dapat menimbulkan akibat nan signifikan terhadap ekonomi suatu negara. Pertama, lembaga finansial nan mengalami kekurangan kas bisa mengalami kebangkrutan lantaran tidak bisa lagi menjalankan aktivitas operasionalnya.
Ini berakibat pada hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap sektor finansial dan melemahnya sistem finansial secara keseluruhan. Kedua, masyarakat nan melakukan rush money dapat mengalami kerugian finansial lantaran biaya nan mereka tarik belum matang dan nilainya mungkin telah menurun.
Selain itu, rush money juga berpotensi dimanfaatkan oleh pihak nan tidak bertanggung jawab, seperti spekulan nan memanfaatkan kepanikan publik untuk mengambil untung dari perubahan pasar, termasuk nilai tukar dan indeks saham. Secara lebih luas, rush money dapat memicu resesi ekonomi lantaran mengganggu aliran duit dan aktivitas upaya di masyarakat secara keseluruhan.
Untuk mengantisipasi akibat jelek dari rush money, lembaga finansial seringkali mengambil langkah-langkah preventif seperti membatasi penarikan tunai, menutup lembaga untuk sementara waktu, alias apalagi meminta support biaya persediaan dari lembaga finansial pusat untuk memenuhi permintaan penarikan tunai nan besar secara bersamaan.
Dalam konteks Indonesia, rush money menjadi rumor nan perlu diwaspadai lantaran dapat mengganggu stabilitas sektor finansial dan kesejahteraan ekonomi nasional secara keseluruhan. Kesadaran bakal pentingnya menjaga kepercayaan publik terhadap lembaga finansial menjadi kunci dalam mencegah terjadinya rush money di masa depan.
PUTRI SAFIRA PITALOKA | ADIL AL HASAN
Pilihan editor: