Menkes Ungkap Masalah Kesehatan RI: Kurang Nakes dan Alkes

Sedang Trending 3 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

CNN Indonesia

Rabu, 03 Jul 2024 23:58 WIB

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (BGS) menyebut persoalan tenaga kesehatan tak pernah dipenuhi secara serius oleh pemerintah. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (BGS) menyebut persoalan tenaga kesehatan tak pernah dipenuhi secara serius oleh pemerintah. (CNN Indonesia/Khaira Ummah)

Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (BGS) mengungkap kebobrokan prasarana kesehatan Indonesia. Dia mengatakan persoalan tenaga kesehatan tak pernah dipenuhi secara serius oleh pemerintah.

Dia mengatakan jumlah master umum dan ahli di puskesmas dan RSUD tak pernah sesuai standar. Hal itu terjadi di seluruh wilayah Indonesia.

"Kekurangan ini persistent terjadi selama 80 tahun. Tidak pernah kita bicara penuhi tenaga kesehatan ini," kata BGS dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (3/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BGS mengungkap 60 persen Puskesmas tidak punya jumlah tenaga kesehatan nan sama. Bahkan, ada 65 persen Puskesmas di wilayah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan (DTPK) nan tak punya dokter.

Dia juga mengungkap 38 persen RSUD tak punya master ahli nan cukup. Bahkan, nomor itu lebih besar jika dilihat di daerah-daerah DTPK.

"Di kota-kota DTPK lebih parah lagi 63 persen, Pak, (hampir) 80 tahun Indonesia merdeka enggak pernah bisa terpenuhi," ujar BGS.

Kemenkes merespons perihal itu dengan transformasi Infrastruktur. Misalnya, dengan pengadaan alat-alat kesehatan ahli untuk 10 ribu puskesmas dan 5 ribu puskesmas pembantu (pustu).

Pengadaan itu dibiayai oleh Bank Dunia dengan nilai US$4 miliar. Uang itu bakal dibelikan alat-alat kesehatan, khususnya lima penyakit dengan tingkat kematian terbesar di Indonesia.

"Lima ini kita pilih lantaran kematian paling tinggi, satu, stroke kematian 300 ribu per tahun, nomor dua jantung 250 ribu per tahun, nomor tiga cancer 234 Ribu per tahun, kemudian ginjal-cuci darah dan seterusnya-hampir 200 ribu per tahun, dan ibu dan anak. Walaupun (ibu dan anak) kematiannya agak rendah tetap 100 ribuan, tetapi ini kan masa depan kita," ucap BGS.

Langkah lain nan ditempuh adalah merumuskan percepatan sekolah para tenaga kesehatan. BGS meminta perumusan itu diterapkan di semua politeknik kesehatan agar para tenaga kesehatan segera dapat dipekerjakan.

(dhf/isn)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya
Sumber cnnindonesia.com nasional
cnnindonesia.com nasional