TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional alias Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Suharso Monoarfa mengatakan tingkat ketercapaian ekonomi sirkular di Indonesia sangat rendah jika dibandingkan negara lain. Berdasarkan penghitungan Bappenas pada 2023, tingkat ketercapaian ekonomi sirkular oleh pemerintah dan pelaku usaha, hasilnya menunjukkan pada sektor prioritas ialah tingkat input material sirkular 9 persen, tingkat daya tahan produk 4 persen, dan tingkat daur ulang 5 persen.
“Capaian tersebut sangat rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Diperlukan penguatan, perencanaan, strategi untuk unlocking beragam faedah nan telah ditetapkan,” katanya pada aktivitas Green Economy Expo 2024 di Jakarta Convention Center pada Rabu, 3 Juli 2024.
Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Bappenas, Vivi Yulaswati, menuturkan penyebab rendahnya tingkat ketercapaian ekonomi sirkular karena pemerintah tak bisa bergerak sendiri, melainkan perlu aktivitas dari masyarakat dalam aktivitas sehari-hari. “Berdasarkan kajian kami, 2028 jika tetap seperti saat ini pola hidup masyarakat itu tentu bakal mengotori, polusi badan air sungai sampai dengan ke laut. Jadi memang kudu berubah,” ujarnya.
Ia mengatakan, keahlian ekonomi sirkular nan rendah itu bukan hanya disebabkan oleh aktivitas nan menghasilkan sampah melainkan juga kebijakan masyarakat dalam menggunakan material. “Bukan hanya sampah, tapi kita sering tukar baju, lifestyle, kita tukar HP, itu kan banyak terjadi tanpa memikirkan bahwa nan tidak terpakai mau kita apakan,” ujarnya.
Untuk diketahui, ekonomi sirkular merupakan sebuah sistem alias model ekonomi nan bermaksud untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi dengan mempertahankan nilai produk, bahan, dan sumber daya dalam perekonomian selama mungkin, sehingga meminimalkan kerusakan sosial dan lingkungan nan disebabkan oleh pendekatan ekonomi linear.
Iklan
Bappenas menganggap penerapan ekonomi sirkular dalam ekonomi hijau di Indonesia bisa meningkatkan produk domestik bruto (PDB) hingga Rp 638 triliun pada 2030.
Bappenas bakal mendorong pemantauan dan pertimbangan nan secara rutin melalui sistem pengendalian di dalam RPJMN 2025-2029 dan RPJPN 2025-2045. Hal itu mengingat kesempatan Indonesia untuk mendapatkan investasi dunia mengenai ESG dinilai terbuka dengan adanya Principe for Responsible Investment nan didukung oleh UN.
Pilihan editor: Bappenas Optimistis Ekonomi Sirkular bakal Tingkatkan PDB Rp 638 Triliun