TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat dan praktisi sistem pembayaran, Arianto Muditomo, memprediksi persaingan industri perbankan syariah kian ketat khususnya dalam upaya menghimpun biaya publik. Terlebih usai organisasi Islam terbesar kedua di Indonesia, PP Muhammadiyah mengumumkan pemindahan biaya simpanannya di PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk alias BSI pada 30 Mei 2024.
Arianto menjelaskan bank syariah penerima limpahan biaya Muhammadiyah dalam perihal ini bakal mendapatkan untung tambahan likuiditas. “Namun mereka juga kudu memperhatikan perimbangan pertumbuhannya di sisi aset, jika manajemen aset dan likuiditas tidak dijaga maka mereka bakal mengalami penurunan margin nan signifikan,” katanya kepada Tempo, Kamis, 13 Juni 2024.
Sejumlah bank nan menjadi tujuan relokasi antara lain Bank Muamalat, Bank Syariah Bukopin, Bank Mega Syariah, bank-bank syariah daerah, dan bank-bank lain nan selama ini telah bekerja sama dengan Muhammadiyah.
Arianto berujar bank-bank itu semestinya juga bisa memanfaatkan momentum ini untuk meningkatkan marin pembiayaan dan simpanan, sekaligus kualitas jasa untuk meningkatkan daya saing di tengah ketatnya kejuaraan industri perbankan syariah nasional. Terlebih, bukan tidak mungkin jika langkah Muhammadiyah ini bakal terus berkepanjangan jika mendapatkan pelayanan dan kenyamanan seperti nan diharapkan.
“Muhammadiyah mempunyai kompetensi nan sangat luas di bagian pengelolaan zakat, infaq, sedekah, pendidikan dan kesehatan, sehingga bank syariah lain bakal berkesempatan menjalin kerja sama nan lebih erat,” ucapnya.
Dengan strategi nan tepat serta kelebihan nan dimiliki, bank-bank syariah lain dapat memenangi pasar dan meningkatkan eksistensi mereka di pasar perbankan syariah Indonesia. Meski secara umum tak tampak adanya rumor likuiditas di pasar finansial Indonesia saat ini, menurut Arianto usai berakhirnya momentum Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, korporasi khususnya bakal memulai produksi dan investasi, nan bakal memerlukan peran bank sebagai salah satu sumber pendanaan.
Iklan
“Jadi pengelolaan pengguna pemilik biaya kudu bisa dilakukan secara pandai oleh pelaku industri bank, dimana bank kudu bisa mengerahkan seluruh sumber dayanya untuk mempertahankan kepercayaan nasabahnya sekaligus menarik pengguna baru untuk mempercayai bank tersebut,” ucap Arianto.
Ketua PP Muhammadiyah, Anwar Abbas sebelumnya berujar Muhammadiyah berkomitmen untuk mendukung persaingan nan sehat di industri bank syariah nasional. Muhammadiyah pun berkeyakinan perlu untuk menata banyak perihal tentang masalah keuangannya, terutama menyangkut penempatan biaya dan pembiayaan nan diterima.
“Fakta nan ada menunjukkan bahwa penempatan biaya Muhammadiyah terlalu banyak berada di BSI, sehingga secara upaya dapat menimbulkan akibat konsentrasi,” ujar Anwar pada 5 Juni 2024.
Sementara di bank-bank syariah lain penempatan biaya Muhammadiyah tetap sedikit, sehingga petinggi Muhammadiyah beranggapan bank-bank syariah lain tak bisa berkompetisi dengan margin nan ditawarkan oleh BSI, baik dari segi penempatan biaya maupun pembiayaan. “Bila perihal ini terus berjalan maka tentu persaingan di antara perbankan syariah nan ada tidak bakal sehat dan itu tentu jelas tidak kita inginkan,” katanya.
Pilihan Editor: Terpopuler: Sebab Muhammadiyah Marah dan Tarik Dana dari BSI, Polemik PBB di Jakarta Era Ahok, Anies dan Heru Budi