TEMPO.CO, Jakarta - Keputusan PP Muhammadiyah untuk mengalihkan dananya dari Bank Syariah Indonesia alias BSI terjadi usai konsolidasi finansial pada 26 Mei 2024 di Yogyakarta. Keputusan ini terungkap melalui memo dari Muhammadiyah bernomor 320/I.0/A/2024 tentang konsolidasi dana.
“Dengan ini kami minta dilakukan rasionalisasi biaya simpanan dan pembiayaan di BSI dengan pengalihan ke Bank Syariah Bukopin, Bank Mega Syariah, Bank Muamalat, bank-bank syariah daerah, dan bank-bank lain nan selama ini bekerja sama baik dengan Muhammadiyah,” tulis memo tersebut.
Terkait keputusan ini, BSI memberikan tanggapan melalui Corporate Secretary BSI, Wisnu Sunandar. Ia menyebut perseroan berkomitmen untuk selalu melayani dan mengembangkan ekonomi umat, seperti melalui upaya kerjasama dengan mitra strategis dan seluruh stakeholder. Komitmen ini paling utama dilakukan sebagai upaya mengembangkan upaya mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
“Kami berupaya menjadi bank nan modern serta inklusif dalam memberikan pelayanan kepada seluruh masyarakat, dengan tetap menjunjung tinggi prinsip-prinsip syariah,” kata Wisnu, pada 5 Juni 2024.
Profil Hery Gunardi
BSI nan dibentuk pada 2021 langsung mengangkat Hery Gunardi sebagai kepala utama pertamanya. Hery lahir pada 26 Juni 1962 di Bengkulu. Ia menyelesaikan pendidikan tinggi Sarjana di bagian Administrasi Niaga, Universitas 17 Agustus 1945 pada 1987. Setelah itu, dia melanjutkan pendidikannya di magister bagian Finance and Accounting, University of Oregon USA pada 1991. Selanjutnya, dia menempuh program doktoral di Manajemen Bisnis, Universitas Padjadjaran pada 2021.
Mengacu laman yarsi.ac.id, Hery mengungkapkan keinginannya membikin bank syariah pelat merah pertama di Indonesia. Sebab, Indonesia mempunyai nyaris 87 persen masyarakat berakidah Islam. Kondisi ini menjadi potensi pasar bagi pertumbuhan perekonomian dan finansial syariah.
Hery sudah berkecimpung dalam bumi perbankan sejak 1991 nan memulai pekerjaan di Bapindo. Dikutip ir.bankbsi.co.id, dia menduduki posisi EVP Coordinator Consumer Finance, Senior Executive Vice President PT Bank Mandiri Tbk pada 2013. Selama rentang waktu 2013-2020, dia menduduki kedudukan sebagai kepala kepala di Bank Mandiri, ialah Direktur Consumer dan Retail Transaction (2019-2020), Direktur Bisnis Kecil dan Jaringan (2018-2019), Direktur Distributions (2016-2018), dan Direktur Consumer Banking (2015-2016).
Lalu, pada 2020, Hery diangkat sebagai Wakil Direktur Utama Bank Mandiri. Setelah itu, pada 2020-2021, dia ditunjuk menjadi Direktur Utama Bank Syariah Mandiri (BSM). Barulah, pada 2021 sampai sekarang, dia menjadi Direktur Utama BSI.
Selama berkarier, Hery mengaku, dirinya mahir dalam proses merger. Ia pernah mendapat tugas unik mengawal proses merger tiga bank syariah milik BUMN sejak Maret 2020, ialah BSM, BRI Syariah Indonesia (BRIS), dan BNI Syariah (BNIS). Penggabungan tiga bank syariah ini terlahir sebagai BSI.
Selama memimpin BSI, Hery selalu memastikan biaya pengguna tetap kondusif seiring perbaikan nan terus dilakukan. Hery juga pun mengimbau kepada pengguna untuk selalu waspada dan berhati-hati terhadap modus penipuan nan mengatasnamakan BSI.
RACHEL FARAHDIBA R | ANNISA FEBIOLA | GERIN RIO
Pilihan Editor: Concentration Risk Jadi Alasan PP Muhammadiyah Tarik Dana dari BSI, Apa Artinya?