MUI Serahkan Hasil Ijtima Ulama ke Panglima TNI

Sedang Trending 3 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, CNN Indonesia --

Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyerahkan Hasil Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia kepada Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto di area Menteng Jakarta, Jumat (14/6).

Hasil Ijtima tersebut diserahkan langsung oleh Ketua Bidang Fatwa Asrorun Niam Sholeh.

Guru besar Bidang Ilmu Fikih UIN Jakarta itu menyampaikan Ijtima ustadz Komisi Fatwa se-Indonesia itu diikuti oleh lembaga fatwa Ormas Islam tingkat Pusat, Pimpinan Komisi Fatwa MUI Provinsi se-Indonesia, ketua Pondok Pesantren, Pimpinan Fakultas Syariah PTKI, dan lembaga fatwa dari ASEAN serta Timur Tengah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menyebut terdapat 16 masalah keagamaan nan dihasilkan oleh ijtima ulama. Beberapa di antaranya masalah ibadah, muamalah, serta muamalah nan mengenai dengan ibadah.

"Lingkup masalahnya ada nan berskala nasional, regional, hingga global. Salah satu hasilnya adalah soal support terhadap Palestina dan nan viral di publik, soal salam lintas agama," kata Niam.

Niam menjelaskan MUI sebagai payung besar ustadz dan umat Islam Indonesia kudu menjadi pelopor perdamaian dan kemerdekaan setiap bangsa nan tetap dijajah, terutama negara Palestina.

"Salah satu rekomendasi Ijtima Ulama Komisi Fatwa adalah perlunya langkah nyata untuk menghentikan pembantaian massal nan sangat bandel dan genosida di Gaza Palestina," ujarnya.

"Salah satunya Pemerintah Indonesia bisa memprakarsai support militer berbareng negara-negara lain, terutama negara-negara OKI untuk menghentikan kekejaman dan kebiadaban Zionis Israel," imbuhnya.

Adapun mengenai dengan salam lintas agama, Niam mengatakan perihal itu merupakan sub pembahasan dari Keputusan Ijtima tentang Panduan Hubungan Antarumat Beragama.

Menurut Niam, untuk menjamin toleransi nan hakiki, maka kudu mengenali karakter ajaran agama. Dia menyebut ada domain ibadah muamalah. Dalam muamalah juga kudu diketahui nan ada dimensi ibadahnya.

Dari identifikasi tersebut, kata dia, perlu ada pedoman gimana membangun hubungan antarumat beragamanya.

Dia menjelaskan dalam domain ibadah, nan dikedepankan adalah menghormati dan menjamin kebebasan umat berakidah menjalankan aliran kepercayaan tanpa kudu mencampuradukkan.

Sementara dalam perihal muamalah dan hubungan sosial, nan dikedepankan adalah kerja sama, saling mendukung untuk mewujudkan kebersamaan dan harmoni.

"Nah, salam dalam konteks Islam adalah relasi sosial, ada nan berkarakter umum dan ada nan berkarakter khusus, nan mempunyai dimensi ibadah lantaran di dalamnya ada angan khusus. Sementara angan dalam Islam itu jenis ibadah," ujarnya.

"Redaksinya sudah tertentu, mengucapkannya sunah, menjawabnya wajib. Sementara jika salam umum nan tidak mengenai dengan aliran khusus, ya itu sebagai sarana membangun harmoni dan dianjurkan," imbuhnya.

(yla/pua)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya
Sumber cnnindonesia.com nasional
cnnindonesia.com nasional