Mukti Ali Kecele Di-framing Temui Dubes Israel saat Agenda RAHIM

Sedang Trending 2 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, CNN Indonesia --

Eks Direktur Eksekutif organisasi Pusat Studi Warisan Ibrahim untuk Perdamaian (RAHIM) Mukti Ali Qusyairi mengaku kecele di-framing berjumpa Dubes Israel untuk Singapura Eli Vered Hazan saat meneliti toleransi kepercayaan berbareng RAHIM di Negeri Singa.

Mukti bingung ketika Eli secara tiba-tiba ada di lokasi saat RAHIM tengah berjumpa dengan perwakilan ketua lintas kepercayaan termasuk Yahudi di Singapura.

Ia menyebut pertemuan itu terjadi di tengah penelitian toleransi kepercayaan nan dilakukan pada 6-12 Agustus 2023 silam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Awalnya, saya juga kaget, lah kok (ada Eli). Itu tujuan kita ke sana itu penelitian toleransi antar-agama di Singapura," kata Mukti kepada CNNIndonesia.com, Kamis (18/7).

"Jadi itu kan ada banyak komunitas-komunitas (agama) gitu kan, di situ ada dia gitu loh. Makanya saya kok bingung kemudian di-framing hanya ketemu dia," sambungnya.

Mukti mengakui sempat bercakap-cakap singkat berbareng Eli dengan menyinggung soal toleransi berakidah saat 'tak sengaja' berjumpa itu.

Namun, dia menyebut percakapan itu tidak dilakukan secara empat mata melainkan turut berbareng perwakilan organisasi kepercayaan lain.

"Ya, kita kan bawa katakan di situ toleransi itu krusial untuk kebaikan, itu kedamaian antar-umat kepercayaan perdamaian gitu-gitu ya. Memang kita bawa bawa bingkai itu sebetulnya untuk tokoh-tokoh agama," jelas dia.

Mukti pun membantah siaran pers dalam situs rahim.or.id nan menyebut kunjungan ke Singapura selama 6 hari itu untuk menjajaki pembukaan hubungan diplomatik Indonesia-Israel.

Meskipun, dalam siaran pers itu, perkataan Mukti dikutip sebagai kepala pelaksana dan turut disertai dengan foto pengarsipan acara.

"Makanya itu kok bisa ada muncul upaya hubungan diplomatik, itu kan bukan otoritas kita. Jadi kita itu sebetulnya lintas agama. Kalau berupaya nah itu makanya siapa nan bikin," ujar dia.

"Kalau memang ada (tulisan dalam siaran pers soal upaya penjajakan pembukaan hubungan diplomatik Indonesia-Israel) itu memang berfaedah ya ada kekeliruan," imbuhnya.

Kunjungan Mukti dan rombongan RAHIM terungkap melalui siaran pers dalam situs rahim.or.id nan dirilis 18 Agustus 2023 dengan titel "Delegasi RAHIM ke Singapura 2023".

Steering Commitee RAHIM untuk Urusan Luar Negeri Elisheva Stroos menjadi pengatur kunjungan nan mengirim 6 delegasi RAHIM itu. Delegasi dipimpin oleh Leo Agustinus Yuwono.

Dalam siaran pers itu, Mukti disebut menjajaki kemungkinan membuka hubungan diplomasi Indonesia-Israel.

"Kita tahu bahwa Singapura adalah negara nan mengakui Yahudi sebagai salah satu kepercayaan resmi dan apalagi sudah menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Kami mau belajar gimana Singapura melakukan itu dan apa saja langkah-langkah nan perlu dilakukan Indonesia untuk mewujudkannya," kata Mukti dalam siaran pers tersebut.

"Di samping itu, kunjungan ini juga dimaksudkan untuk memperluas jaringan aktivitas interfaith. Supaya kami tidak sendirian di Indonesia, kami perlu melakukan kerjasama dengan banyak jaringan di luar negeri untuk mendorong setiap upaya normalisasi hubungan Islam dan Yahudi di Indonesia," sambungnya.

Mukti nan sempat menjabat di Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PWNU DKI Jakarta sekarang telah dipecat lantaran mengenai dengan RAHIM. Ia diberhentikan berbareng dua personil LBM NU lainnya nan turut aktif di RAHIM.

Pemecatan itu buntut adanya lima nahdliyin nan berjumpa Presiden Israel Isaac Herzoog.

Pengamat Hubungan Internasional Universitas Padjajaran Dina Y. Sulaeman menjelaskan lobi-lobi Israel di Indonesia telah lama ada.

Lobi-lobi ini masuk lewat pelbagai cara. Mulai dari undangan ke Israel untuk diberikan info nan diinginkan Israel hingga lewat jalur kerja sama dengan universitas.

"Banyak lembaga-lembaga nan memberikan dana, memberikan undangan kepada tokoh-tokoh di Indonesia, kepada cendekiawan, kepada wartawan juga, kepada seleb-seleb media sosial untuk datang ke Israel dan di sana mereka mendapatkan penjelasan-penjelasan nan tentu nan jenis Israel juga," ujar Dina dalam konvensi pers Free Palestine Network secara daring, Kamis (18/7).

Dina mengatakan penjelasan nan dimaksud adalah pandangan soal Israel adalah nan demokratis, punya kelebihan teknologi, serta negara nan "aman" dan "damai".

Ia menyebut ada pula tawaran-tawaran danasiwa nan diberikan oleh Israel untuk orang Indonesia kuliah ke Israel.

Lalu, Dina menyinggung perihal diplomasi publik nan dinilai telah berjalan lama. Jejaringnya adalah lewat kerja sama dengan universitas hingga NGO.

"Jejaringnya seperti apa? nan saya tahu selama ini dari media tentu saja, mereka menawarkan lewat universitas misalnya, kerjasama antar universitas, antar lembaga penelitian, kemudian berupa NGO ya, menawarkan kerja sama," jelas Dina.

Dina menjelaskan isu-isu nan ditawarkan untuk kerja sama dengan lembaga maupun kampus di Indonesia itu adalah rumor perbincangan antar agama, rumor toleransi, serta rumor moderasi beragama.

(mba/gil)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya
Sumber cnnindonesia.com nasional
cnnindonesia.com nasional