TEMPO.CO, Jakarta - Nalar Institute mengungkap bahwa pembangunan Proyek Strategis Nasional disingkat PSN dalam rentang tahun 2016-2024 di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) memberikan sejumlah akibat negatif terhadap kehidupan masyarakat lokal. Dampak negatif tersebut diklasifikasikan ke dua aspek, ialah sosial dan lingkungan.
Peneliti Nalar Institute Ani Nur Mujahidah menyebut bahwa pada akibat sosial, terdapat setidaknya delapan masalah dalam penerapan PSN. Hal itu meliputi stagnansi dan turunnya perekonomian penduduk dengan 58 peristiwa, bentrok agraria & masalah tukar rugi lahan (20), aktivitas penduduk terganggu (17), terancamnya kehidupan masyarakat budaya (14), ancaman kesehatan dan keselamatan (11), kesejahteraan pekerja tidak terjamin (10), bentrok antara penduduk dengan abdi negara (10), hingga kerusakan prasarana publik (9).
“Misalnya di Sulawesi Tenggara nan menjadi sentral pengolahan nikel, nyatanya industri nikel tidak membawa kesejahteraan bagi masyarakatnya. Bahkan persentase kemiskinannya meningkat dari 11,17 persen pada 2022 menjadi 11,43 di 2023. Angka ini ada di atas persentase kemiskinan nasional, ialah 9,36 persen,” jelas Ani dalam aktivitas deminasi riset berjudul Proyek Strategis Nasional: Kepentingan (Si)apa?: Catatan Kritis Implementasi PSN 2016-2024 yang digelar secara daring pada Selasa, 15 Oktober 2024.
Padahal, lanjut Ani, Konawe Industrial Park (IKIP) nan menggarap lahan seluas kurang lebih 3.500 hektare diharapkan dapat menggenjot hilirisasi nikel dan membuka lapangan pekerjaan baru. Pengembangan industri nikel ini apalagi sukses meningkatkan investasi dan ekonomi wilayah bertumbuh pesat di atas rata-rata ekonomi nasional hingga mencapai 6,09 persen pada tahun 2022.
Munculnya dampak-dampak sosial ini, kata Ani, dipengaruhi oleh banyak faktor. Dia menyebut beberapa aspek nan memengaruhi penurunan perekonomian penduduk di antaranya alih kegunaan lahan nan membikin penduduk kehilangan sumber utama mata pencaharian dan pencemaran air sungai nan menyulitkan para nelayan untuk mengambil ikan sehingga mengurangi pendapatan mereka.
Adapun mengenai akibat negatif terhadap lingkungan, terdapat setidaknya delapan masalah imbas penerapan jelek PSN. Hal itu meliputi rusaknya ekosistem hijau di lahan gambut dan rimba dengan 25 peristiwa, diikuti pencemaran air (23), kerusakan tanah (12), pencemaran udara (12), musibah non alam seperti erosi dan peningkatan intensitas banjir (8), hingga terancamnya kediaman satwa (6).
Iklan
“Misalnya di Kawasan Industri Ketapang nan merusak ekosistem gambut sehingga berpotensi menyebabkan kebakaran. Pembebasan lahan gambut juga berkontribusi besar pada pelepasan emisi karbon. Penebangan rimba dan pengeringan lahan gambut seluas 14.505 hektare oleh PT. Mayawana Persada pada 2022-2023 mengeluarkan sekitar 797.775 metrik ton CO2 alias setara dengan 8.703.000 galon bensin nan terbakar,” jelas Ani.
Menurut paparan hasil penelitian, akibat lingkungan lain nan disebabkan pencemaran air di antaranya terjadi lantaran limbah hasil pengolahan tambang dan juga sedimentasi tanah. Berdasarkan hasil kajian Aliansi Sulawesi, rata-rata industri Smelter di Sulawesi tidak mempunyai standar dan sistem pengelolaan limbah nan baik.23 Akibatnya, sungai, danau, dan laut tercemar limbah, apalagi beberapa sungai dan waduk tercemar logam berat jenis kromium heksavalen nan melampaui periode pemisah baku mutu.
Di Sumbawa Barat, PT Amman Mineral Nusa Tenggara telah membuang limbah merkuri sebesar 14 ton per hari ke laut. Kejadian serupa juga terjadi di Kawasan Industri Pulau Obi nan telah mencemari tiga letak perairan, ialah Teluk Buli-Halmahera Timur (dekat dengan PT Antam), Teluk Weda-Halmahera Tengah (dekat dengan PT IWIP), dan Perairan Obi-Halmahera Selatan (dekat dengan Harita). Pembuangan limbah Bahan Beracun Berbahaya (B3) di perairan tidak hanya mencemari air namun juga merusak biota laut nan hidup di dalamnya.
HATTA MUARABAGJA
Pilihan editor: Masyarakat Adat Merauke Tolak PSN Food Estate: Proyek Berlangsung Brutal