TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini Senin, 13 Mei 2024 naik turun dan bakal ditutup menguat. "Mata duit rupiah fluktuatif, namun ditutup menguat di rentang Rp 15.990-Rp 16.070," katanya, dikutip Tempo Senin, 13 Mei 2024.
Pada akhir perdagangan pekan lalu, kurs rupiah ditutup melemah 1 poin ke level Rp 16.047 per dolar AS. Sementara pada hari sebelumnya, nilai tukar rupiah ditutup pada level Rp 16.046. Ibrahim menuturkan, ekspektasi pasar terhadap dua kali penurunan suku kembang tahun ini telah meningkat. Pasar berekspektasi bahwa bakal terjadi penurunan setidaknya 25 pedoman poin pada bulan September sebesar 64,5 persen, menurut FedWatch Tool CME.
Sebelumnya, Presiden The Fed Minneapolis Neel Kashkari mengatakan terhentinya inflasi mengartikan bank sentral perlu mempertahankan biaya pinjaman tetap stabil untuk jangka panjang dan mungkin sepanjang tahun. Namun, dia juga mengatakan bahwa tetap ada kemungkinan The Fed bakal memangkas suku kembang jika inflasi kembali mereda.
"Dengan almanak ekonomi nan sunyi pada minggu ini, nan disorot oleh pembacaan sentimen konsumen dari University of Michigan pada hari Jumat, sejumlah pejabat Fed bakal menyampaikan pidatonya. Termasuk Gubernur Fed Lisa Cook dan Michelle Bowman pada akhir minggu ini," kata Ibrahim.
Selain itu, diplomat mata duit utama Jepang Masato Kanda mengatakan bahwa negaranya mungkin kudu mengambil tindakan terhadap pergerakan kurs asing nan tidak teratur dan didorong oleh spekulatif. Hal ini, kata Ibrahim menandakan Bank of Japan tetap siap untuk mengintervensi pasar setelah dua dugaan intervensi senilai nyaris US$ 60 miliar pada dua pekan lalu.
Iklan
Dari dalam negeri, Bank Indonesia alias BI mencatat posisi persediaan devisa Indonesia menurun. Pada akhir April 2024, persediaan devisa Indonesia tercatat US$ 136,2 miliar alias menurun dibanding akhir Maret 2024 ialah US$ 140,4 miliar.
Turunnya posisi persediaan devisa April antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah. Hal ini seiring dengan peningkatan ketidakpastian pasar finansial global.
Meski turun, namun posisi persediaan devisa akhir April setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor alias 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Selain itu, tetap berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
BI menilai persediaan devisa tersebut bisa mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. "Ke depan, BI memandang persediaan devisa bakal tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi nasional nan terjaga."