TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah menguat tipis dalam penutupan perdagangan Rabu, 19 Juni 2024. Nilai tukar rupiah menguat 47 poin menjadi Rp 16.365 per dolar AS. Pada akhir perdagangan pekan kemarin, kurs rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah tajam di level Rp 16.412.
Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan penjualan ritel AS nyaris tidak meningkat pada bulan Mei dan bulan sebelumnya jauh lebih rendah. Pada hari Selasa, info menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi tetap lesu pada kuartal kedua ini.
"Pasar sekarang memperkirakan kemungkinan sebesar 67 persen bahwa The Fed bakal mulai menurunkan suku kembang pada bulan September, menurut perangkat CME FedWatch, dengan perkiraan penurunan sebesar nyaris 50 pedoman poin untuk sisa tahun ini," kata dia dalam kajian rutinnya.
Sementara itu, inflasi Inggris kembali ke nomor sasaran Bank of England, ialah 2 persen pada bulan Mei untuk pertama kalinya dalam nyaris tiga tahun. Penurunan inflasi nilai konsumen tahunan dari nomor 2,3 persen pada bulan April.
"Pasar memperkirakan kesempatan sekitar 50 persen penurunan suku kembang pertama pada bulan Agustus dan nyaris separuh poin persentase pelonggaran moneter pada tahun 2024," tutur Ibrahim.
Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2024 kembali mencetak surplus US$ 2,93 miliar. Secara bulanan, surplus naik US$ 0,21 miliar. Bila dijumlahkan, surplus neraca perdagangan RI mencapai US$ 13,06 miliar.
"Tercatat surplus selama 49 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Surplus pada Mei 2024 ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya dan bulan nan sama tahun lalu," katanya.
Iklan
Surplus Mei 2024 lebih ditopang oleh surplus pada komoditas nonmigas ialah sebesar US$ 4,26 miliar. Komoditas penyumbang surplus utamanya bahan bakar mineral HS 27, lemak dan minyak hewani nabati HS 15, besi dan baja HS 72. Namun, surplus neraca perdagangan nonmigas Mei 2024 lebih rendah dibanding bulan lalu, tetapi lebih tinggi dibandingkan Mei 2023.
Pada saat nan sama, neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit US$ 1,33 miliar. Adapun komoditas penyumbang utamanya adalah hasil minyak dan miyak mentah. Defisit neraca perdagangan komoditas Mei 2024 lebih rendah dari bulan lampau dan bulan nan sama tahun 2023.
BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Mei 2024 sebesar US$ 19,65 miliar alias naik 13,82 persen dibandingkan April 2024. Namun, angkanya turun jika dibandingkan dengan ekspor Mei 2023, ialah US$ 21,72 miliar.
Peningkatan keahlian ekspor pada Mei 2024 didorong peningkatan ekspor nonmigas. Terutama komoditas mesin dan perlengkapan elektronik serta bagiannya sebesar 26,66 persen dengan andil 1,34 persen. Lalu bijih logam terak dan abu sebesar 25,96 persen dengan andil 1,09 persen, kendaraan dan bagiannya sebesar 26,8 persen dengan andil 1 persen.
Sementara itu, total nilai impor Indonesia pada Mei 2024 mencapai US$ 19,4 miliar. Nilainya naik 14,82 persen jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Nilai impor migas mengalami penurunan pada Mei 2024 sebesar 7,91 persen secara bulanan menjadi US$ 2,75 miliar. Di sisi lain, nilai impor nonmigas mengalami peningkatan sebesar 19,7 persen secara bulanan menjadi US$ 16,65 miliar.
Pilihan Editor: Rupiah Diprediksi Bakal Tembus Rp 17 Ribu per Dolar AS, Ini Bahayanya Jika Kurs Terus Merosot