Orang Tua Paskibraka Sulteng dan Maluku Sedih Lihat Anak Tak Berjilbab

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Makassar, CNN Indonesia --

Orang tua Zahra Aisyah merasa kecewa dan sedih setelah memandang anaknya nan menjadi perwakilan Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) di Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) nasional tidak mengenakan hijab alias jilbab saat dikukuhkan oleh Presiden Joko Widodo.

Menurut ayah Zahra, Gatot Susilo Budianto, selama ini family mengajarkan kepada anak-anak mereka pondasi kepercayaan Islam mengenai tanggungjawab menggunakan jilbab bagi perempuan.

Gatot pun kecewa dengan kebijakan Badan Pembinaan ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi terkait patokan lepas jilbab.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Keseharian dia pakai jilbab. Di aktivitas nan sakral untuk aktivitas negara justru tidak memakai jilbab, kami sedih jujur saja saya sedih, miris juga dan agak kecewa juga dengan keputusan BPIP," ungkap Gatot kepada CNNIndonesia.com, Kamis (15/8).

Gatot menerangkan bahwa Zahra nan merupakan anak ketiga dari empat berkerabat tersebut dalam kehidupan sehari-hari selalu mengenakan hijab apalagi sejak duduk di bangku sekolah SD.

"Pakai jilbab mulai dari SD sampai SMA, dia juga sempat ikut Putri Pariwisata Morowali 2023 lalu, dan dia pakai jilbab, memang dasarnya dia pakai jilbab, selain jika di rumah dia lepas," katanya.

Setelah mendapatkan kecaman dari publik, BPIP akhirnya mengizinkan 18 perwakilan wilayah nan tergabung dalam Paskibraka nasional untuk dapat menggunakan hijab baik pada saat pengibaran maupun penurunan bendera.

Gatot pun berterima kasih BPIP mengaku kesalahan dan adanya petunjuk baru penggunaan hijab bagi para Paskibraka putri.

"Tapi saya berterima kasih bahwa tadi sudah ada petunjuk presiden untuk penyelenggaraan pengibaran dan penurunan bendera sudah diperbolehkan memakai jilbab. Alhamdulillah didengarkan keluhan kami mengenai itu," katanya.

Orang tua Paskibraka Maluku

Senada, ibu Paskibraka asal Maluku, Sari Murni (46), juga berduka dan kecewa dan mengkritik keras BPIP lantaran jilbab sang anak Asih Arum Lestari dilepas.

"Saya memandang Arum membuka jilbab, saya kaget, saya kecewa, kenapa diharuskan membuka hijab, Sedangkan paskibraka kemarin-kemarin dibolehkan," ujarnya saat ditemui di rumahnya, Kamis, (14/8).

Murni juga mengungkapkan family besar juga sangat kecewa atas peristiwa pelepasan jilbab Paskibraka. Pasalnya, Asih Arum Lestari sudah mengenakan jilbab sejak kecil, apalagi mulai giat berjilbab sejak duduk di bangku kelas empat sekolah dasar (SD) alias saat usia 8 tahun.

"Kenapa tiba-tiba saat aktivitas pengukuhan baru lepas jilbab, kita orang tua kaget, kecewa juga kenapa kudu begitu," tuturnya.

Ia berharap, ke depan tak ada lagi patokan bagi paskibraka perempuan untuk melepas jilbab.

Sementara, pembimbing Asih di SMA Negeri 2 Namlea, Kabupaten Buru, Maluku Diana mengatakan pihaknya tidak setuju dengan BPIP mengenai pelarangan penggunaan jilbab selama mengikuti upacara kemerdekaan di IKN.

Ia bilang pelarangan jilbab bagi paskibraka putri tersebut sangat berbenturan dengan nilai-nilai Pancasila. Tak hanya itu, menurut aliran Islam juga melanggar akidah.

"Saya tidak setuju lantaran berjilbab menurut wajib hukumnya, jadi jika dilepas itu dengan sendirinya melanggar akidah," ujarnya saat ditemui di SMAN 2 Namlea.

Sebelumnya, Kepala BPIP, Yudian menjelaskan argumen penyesuaian ketentuan seragam untuk personil Paskibraka nan memakai hijab. Kata dia, pada tahun-tahun sebelumnya personil Paskibraka diperkenankan mengenakan jilbab dalam upacara pengukuhan maupun pengibaran bendera pada 17 Agustus.

BPIP kendati memutuskan menyeragamkan tata busana dan sikap tampang Paskibraka pada 2024, sebagaimana tertuang dalam SE Deputi Diklat Nomor 1 Tahun 2024. Dalam surat itu, tidak terdapat pilihan berpakaian hijab.

Menurut Yudi, penyeragaman busana itu berangkat dari semangat Bhinneka Tunggal Ika nan dicetuskan oleh Presiden Sukarno. Nilai-nilai nan dibawa oleh Bapak Pendiri Bangsa, kata Yudian, berupa ketunggalan dalam keseragaman nan diterjemahkan oleh BPIP dalam bentuk busana nan seragam.

"Karena memang kan dari awal Paskibraka itu uniform (seragam)," kata Yudian dalam konvensi pers, Rabu (14/8) sore.

"Tahu ya uniform itu seragam, kudu sama, sehingga ketika kita memandang ini, 'Oh ya dari sana nggak ketahuan' pada saat ini dia bekerja sebagai pasukan nan menyimbolkan kebersatuan dalam kemajemukan," ujar Yudian.

(mir)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya
Sumber cnnindonesia.com nasional
cnnindonesia.com nasional