Pakar Nilai Program Sarapan Bergizi Gratis ala Prabowo Bagus Tapi Berpotensi Fraud

Sedang Trending 5 bulan yang lalu

TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog Griffith University, Dicky Budiman, angkat bicara soal kesempatan mengalihkan program makan siang cuma-cuma menjadi sarapan gratis. Dia menyampaikan beragam kelebihan beserta tantangan jika program nan sekarang berjulukan makan bergizi cuma-cuma itu dijalankan. 

"Sarapan terbukti bisa meningkatkan konsentrasi dan daya ingat. Berdasarkan studi, anak-anak nan suka sarapan performa prestasi akademiknya lebih baik," kata Dicky dalam pesan bunyi nan diterima Tempo, Jumat, 31 Mei 2024.

Pakar kesehatan dan penyebaran penyakit itu juga menyebut bahwa penyerapan nutrisi terjadi lebih baik ketika sarapan dibandingkan saat makan siang. Selain itu, jelas Dicky, sarapan dengan menu nan tepat dapat mencegah obesitas.

Sarapan, menurut kandidat kandidat ahli epidemiologi dari Griffith University itu, dapat mempengaruhi kondisi psikis anak. Melalui sarapan, kata dia, kesehatan mental mental, mood, dan perilaku anak bisa lebih baik. "Dalam riset lain, sarapan dapat mengurangi stress dan kecemasan," ujarnya. 

Dari segi sosial-ekonomi, Dicky menyampaikan, sarapan cuma-cuma dapat menjadi opsi bagi anak dari family miskin memperoleh nutrisi nan cukup. Di sisi lain, sambung Dicky, program ini bisa meningkatkan statistik jumlah kehadiran anak di sekolah. 

Namun, Dicky menegaskan, program sarapan bergizi cuma-cuma ala presiden terpilih 2024-2029 Prabowo Subianto itu tak lepas dari masalah. Salah satu persoalan terbesar program itu adalah pembiayaan nan besar. "Ini berpotensi menjadi fraud jika tidak dikelola dengan baik," tuturnya. 

Kemudian, Dicky menyinggung soal kesiapan logistik dan instruktur. Dia menekankan pentingnya menjaga kebersihan produksi makanan, mulai dari penyaluran bahan baku, proses pembuatan di dapur, hingga pembagian makanan nan sudah jadi. "Program ini menuntut makanan higienis nan kudu sangat diperhatikan, termasuk dapurnya, lantaran bisa berpotensi menjadi pandemi penyakit dan keracunan," ucapnya. 

Iklan

Selain itu, Dicky juga menekankan pentingnya menjaga ragam menu makanan setiap hari agar siswa tidak merasa bosan. Di sisi lain, training untuk sekolah dan penyedia makanan juga kudu dilakukan agar menjaga kepantasan makanan nan dikonsumsi siswa. 

Tak sampai di situ, dari sisi sosial-ekonomi, Dicky mengingatkan ihwal ketergantungan family miskin terhadap program itu. Dia mengkhawatirkan pemenuhan gizi nan baik tidak diperhatikan saat siswa sudah pulang ke rumah lantaran family terlalu mengandalkan menu dari sekolah. 

Sebelumnya, Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Amich Alhumami buka bunyi soal kesempatan mengalihkan program makan siang cuma-cuma menjadi sarapan gratis. Opsi itu dibuka melalui perubahan nomenklatur menjadi program makan bergizi gratis. "Perubahan waktu lebih tepat untuk sarapan menjelang proses aktivitas pembelajaran," kata Amich dalam pesan tertulisnya saat dikonfirmasi Tempo, Kamis, 30 Mei 2029.

Amich juga menjabarkan bahwa perubahan nama program tersebut dilakukan untuk mendapatkan nomenklatur nan lebih baik. Di sisi lain, dia juga menyebut bahwa pemerintah tetap terus melakukan simulasi teknis program populis itu. "Pelaksanaan program berskala besar dan masif memang perlu persiapan matang," ujarnya. 

Pilihan editor: Soal Makan Bergizi Gratis Prabowo Dialihkan untuk Sarapan, Begini Penjelasan Bappenas

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis