TEMPO.CO, Jakarta - Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan angkat bicara ihwal penerimaan Bea Cukai nan turun 7,8 persen secara tahunan alias year on year (YoY). Penurunan itu dinilai tak lepas dari kondisi perekonomian dunia nan juga mengalami kontraksi.
Total penerimaan kepabeanan dan cukai hingga akhir Mei sebesar Rp109,1 triliun dari sasaran Rp321 triliun. Penerimaan pada Mei terbagi menjadi bea masuk Rp20,3 trilun, bea keluar Rp7,7 triliun, dan penerimaan terbanyak pada cukai sebesar Rp81,1 triliun. Penerimaan cukai mengalami penurunan 12,6 persen secara tahunan akibat turunnya cukai hasil tembakau.
“Ini enggak lepas dari kondisi perekonomian global. Sementara dunia terjadi kontraksi, tentunya permintaan bumi juga turun,” ujar Direktur Komunikasi dan Bimbingan Pengguna Jasa Bea Cukai, Nirwala Dwi Heriyanto, saat ditemui di Batam, Kepulauan Riau, Kamis, 27 Juni 2024.
Nirwala menuturkan perihal nan perlu disikapi saat ini adalah pertumbuhan ekonomi bumi nan terus menurun. Sehingga dia mengatakan krusial untuk meningkatkan daya saing industri dalam negeri. “Kami tetap berupaya sekuat mungkin memenuhi target. Apa pun nan dilihat mesti target,” kata dia.
Iklan
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mencatat penerimaan pajak mengalami perlambatan, dan penerimaan dari kepabeanan dan cukai turut menurun secara tahunan. Selain itu, Penerimaan Negara Bukan Pajak alias PNBP juga turun, sehingga jika ditotal pendapatan negara secara keseluruhan dari pajak, kepabeanan dan cukai dan PNBP mengalami kontraksi 7,1 persen.
Bendahara Negara mengatakan realisasi penerimaan pajak hingga Mei mengalami perlambatan. Sampai akhir Mei penerimaan dari pajak Rp 760,8 triliun, alias kontraksi 8,4 dibanding tahun lampau nan sebesar Rp 830,5. "Artinya baru 38,4 persen dari sasaran APBN," ujar Sri Mulyani dalam konvensi pers di Kantor Kementerian Keuangan, Kamis 27 Juni 2024.
Pilihan Editor: Bea Cukai Batam Catat Penerimaan Rp 176 Miliar hingga Mei 2024: Belum Capai Target akibat Harga Sawit Turun