TEMPO.CO, Jakarta - Analis ekonomi politik dari FINE Institute Kusfiardi mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah berpotensi mengurangi penerimaan negara dari sektor ekspor sehingga dapat berakibat signifikan terhadap arus pendapatan dan shopping negara tahun depan.
"Meskipun nilai komoditas ekspor seperti minyak dan batu bara menunjukkan peningkatan, untung dalam rupiah nan diterima pemerintah dapat tergerus," kata Kusfiardi di Jakarta, Selasa, 25 Juni 2024.
Menurut dia diversifikasi ekspor menjadi krusial untuk mengurangi akibat terhadap perubahan mata duit asing. "Dengan nilai tukar rupiah nan melemah secara drastis seperti ini, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional," ujarnya.
Di sisi lain, biaya impor peralatan dan jasa bakal meningkat dalam rupiah akibat nilai tukar nan rendah sehingga dapat meningkatkan tekanan inflasi dan menurunkan daya beli domestik.
Ia menekankan perlunya kebijakan fiskal nan hati-hati dan proaktif, termasuk dalam pengelolaan investasi prasarana nan strategis. "Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah nan hati-hati dan proaktif dalam menghadapi tantangan ini," ujarnya.
Kebijakan intervensi pasar kurs asing, penyesuaian kebijakan suku kembang oleh Bank Indonesia, serta peningkatan dalam kebijakan impor bakal menjadi krusial.
Langkah-langkah tersebut diharapkan dapat menjaga stabilitas ekonomi dalam jangka panjang dan memastikan anggaran pendapatan dan shopping negara alias APBN 2024 tetap berkelanjutan.
Ia juga menuturkan bahwa ketidakpastian ekonomi global, termasuk kenaikan suku kembang di Amerika Serikat, turut mempengaruhi pelemahan nilai tukar rupiah. Oleh lantaran itu, diperlukan koordinasi kebijakan ekonomi nan kuat dan responsif dari pemerintah Indonesia.
Iklan
"Dalam menghadapi ketidakpastian ini, kehati-hatian dalam mengelola kebijakan fiskal dan moneter sangatlah penting. Indonesia perlu terus memantau dinamika pasar dunia dan melakukan langkah-langkah nan tepat untuk melindungi ekonomi domestik," tuturnya.
Di tengah situasi ini, langkah-langkah nan diambil pemerintah dalam menanggapi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bakal menentukan arah pembangunan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun ke depan.
"Keberhasilan dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional bakal menjadi kunci untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nan inklusif dan berkepanjangan bagi seluruh rakyat Indonesia," ujarnya.
Sebelumnya, Kementerian Perdagangan mencatat total ekspor Indonesia pada Mei 2024 mencapai 22,33 miliar dolar AS, di mana terjadi penguatan di seluruh sektor.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menyebut, nilai ekspor ini naik 13,82 persen dibanding April 2024 (MoM) dan naik 2,86 persen dibanding Mei tahun sebelumnya (YoY). Peningkatan ekspor Mei 2024 disumbang naiknya ekspor nonmigas sebesar 14,46 persen dan sektor migas sebesar 5,12 persen dibandingkan April 2024 (MoM).
"Capaian ekspor Mei 2024 mendukung surplus perdagangan sebesar 2,93 miliar. Nilai surplus ini lebih baik dibanding surplus April 2024 sebesar 2,72 miliar dolar AS dan Mei 2023 sebesar 0,43 miliar dolar AS," ujar Zulkifli melalui keterangan di Jakarta, Jumat, 21 Juni 2024.
Pilihan Editor: Rupiah Menguat ke Level Rp 16.394 per Dolar AS, Pasar Berharap Komitmen Prabowo