Penggabungannya Ditolak Serikat Pekerja, Ini Profil Angkasa Pura I dan II

Sedang Trending 5 bulan yang lalu

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah bakal menggabungkan PT Angkasa Pura I dan II dalam satu perusahaan nan disebut PT Angkasa Pura Indonesia (InJourney Airport). Tujuannya membuat tata kelola di sektor pariwisata dan pendukung agar lebih efisien dan sederhana.

Namun merger ini ditolak oleh Serikat Karyawan PT Angkasa Pura II alias Sekarpura II, nan meminta penundaan rancangan penggabungan sebelum ada penjelasan rinci dari pihak manajemen. 

“Kami meminta manajemen memberikan penjelasan mengenai dengan keberlangsungan hubungan Industrial dengan seluruh Karyawan PT Angkasa Pura II,” kata Ketua Umum Sekarpura II Aziz Fahmi Harahap melalui keterangannya, Kamis, 13 Juni 2024.

Ia juga mengatakan serikat meminta manajemen menyampaikan ulang pengumuman risalah rencana penggabungan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 123 ayat (2) UU Perseroan Terbatas. Manajemen juga kudu memberikan penjelasan tentang prinsip dan pokok mengenai pengelolaan bandar udara pasca penggabungan dan penjelasan mengenai proses penggabungan secara komprehensif.

Aziz mengatakan, pada dasarnya Sekarpura II mendorong setiap tahap pengambilan keputusan dalam rencana penggabungan perusahaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan nan berlaku, serta berpegang pada prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG).

“Kami juga mengingatkan kembali setiap personil Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian BUMN andaikan nan berkepentingan bersalah alias lalai menjalankan tugasnya,” katanya.

Sekarpura II meminta manajemen menanggapi tuntutannya dengan pemisah waktu hingga 20 Juni 2024. Mereka mengaku belum mendapatkan penjelasan utuh perihal penggabungan itu, termasuk prinsip dan pokok pengelolaan bandara, seperti perihal persyaratan Badan upaya Bandar Udara (BUBU).

“Ringkasan rancangan penggabungan itu belum menjelaskan hal-hal pokok hubungan industrial dengan karyawan. Baik soal perlakuan terhadap kompensasi dan benefit karyawan, corak perjanjian kerjasama baru, hingga pola pengembangan karir dan pengisian jabatan,” ujarnya. 

Tanggapan PT Angkasa Pura Indonesia 

Corporate Secretary Group Head PT Angkasa Pura Indonesia (InJourney Airport) Rahadian D. Yogisworo dalam keterangan tertulisnya menjelaskan, rencana penggabungan ini berasal dari adanya pendapat pemerintah dan didukung oleh para pemegang saham untuk membikin tata kelola di sektor pariwisata dan pendukung untuk lebih efisien dan sederhana.

"Termasuk tatanan kebandarudaraan nasional nan di dalamnya adalah integrasi bandar udara," ujarnya Jumat malam, 14 Juni 2024. 

Menurut Rahadian,  sosialisasi kepada tenaga kerja AP1 dan AP2 mengenai penggabungan ini telah dilakukan sejak akhir 2023 dan terus bersambung sampai hari ini sebagai corak konkret perhatian manajemen terhadap aspek ketenagakerjaan.  

"Komunikasi kepada seluruh tenaga kerja telah dibangun tentunya melalui sistem hubungan industrial nan berlaku,' kata dia. 

Manajemen, ujar Rahadian,  tetap memperhatikan kewenangan dalam menjalankan tindakan korporasi rencana penggabungan ini dengan merujuk pada tata kelola perusahaan nan baik. 

Saat ini, rencana penggabungan melangkah sesuai dengan rencana. Dia juga menyampaikan bahwa rencana penggabungan AP1 dan AP2 telah mendapatkan persetujuan dari pemerintah untuk masuk di dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) ialah peningkatan konektivitas udara dalam rangka pertumbuhan industri pariwisata dan penerbangan. 

Iklan

Rahadian memastikan, proses penggabungan ini telah dan bakal dijalankan mengikuti peraturan perundang-undangan nan berlaku. InJourney Airports, AP1, dan AP2 secara bersama-sama terus melakukan koordinasi dengan kementerian/lembaga dan pemangku kepentingan mengenai untuk memastikan tetap alim terhadap peraturan perundang-undangan, termasuk aspek ketenagakerjaan. 

Profil Angkasa Pura I dan II

Angkasa Pura I mengelola 15 airport nan terutama terletak di Indonesia bagian tengah dan timur dan juga Bandar Udara Internasional Hang Nadim.

Perusahaan ini didirikan oleh pemerintah pada 1962 sebagai PN Angkasa Pura Kemayoran untuk mengelola Bandara Kemayoran nan saat itu merupakan satu-satunya airport internasional di Indonesia.

Pada tahun 1965, nama perusahaan ini diubah menjadi PN Angkasa Pura dan mulai mengelola airport selain Kemayoran. Pada tahun 1974, status perusahaan ini diubah menjadi perusahaan umum dan pada 1980, mulai mengelola Bandara I Gusti Ngurah Rai, disusul Bandara Juanda Surabaya dan Bandara Polonia Medan. Pada 1985, perusahaan ini menghentikan operasional Bandara Kemayoran menyusul dibukanya Bandara Soekarno Hatta.

Pada tahun 1986, perusahaan berubah menjadi Perum Angkasa Pura I dan ditugaskan untuk mengelola bandar udara nan terletak di Indonesia bagian timur di antaranya Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, Sepinggan Balikpapan, Sam Ratulangi Manado dan Bandara Frans Kaisiepo di Biak.

Setelah itu, Angkasa Pura I juga mengelola Bandara Adi Soemarmo Solo, Bandara Adisutjipto Yogyakarta, dan Bandara Syamsuddin Noor Banajramasin, namun Bandara Polonia dialihkan ke ke Angkasa Pura II.

Laba bersih Angkasa Pura Airports di tiga bulan pertama tahun 2023 meningkat 120% dibandingkan periode nan sama pada tahun sebelumnya alias sebesar Rp 147 miliar. Pencapaian ini didukung oleh kontribusi tingginya trafik penumpang sebesar 15,3 juta penumpang alias telah mencapai recovery rate sebesar 81% dibandingkan dengan periode nan sama pada 2019 sebesar 18,9 juta penumpang.

PT Angkasa Pura II berdiri pada 1984 untuk menangani Bandara Soekarno Hatta nan mulai beraksi 1985. Mereka kemudian menangani bandar udara di Sumatera dan Jawa seperti Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang dan Bandara Supadio Semarang, Polonia Medan, Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Bandara Husein Sastranegara Bandung, Bandara Blang Bintang Banda Aceh, dan Bandara Tabing Padang.

PT Angkasa Pura II terus melanjutkan tren positifnya tahun ini. Perusahaan plat merah nan mengelola 20 airport di Indonesia itu sukses mencetak pendapatan Rp2,75 triliun alias naik 75 persen pada kuartal I-2023.

Perusahaan mencatat peningkatan jumlah penumpang sebesar 20 persen alias 80,14 juta orang sepanjang 2023. Angkanya meningkat signifikan jika dibandingkan pada 2022, ialah 61,99 juta penumpang.

JONIANSYAH | TIM TEMPO

Pilihan Editor Rupiah Anjlok, Analis Prediksi BI Akan Naikkan Suku Bunga Acuan Bulan Ini

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis