Jakarta, CNN Indonesia --
Pilgub Jakarta 2024 menjadi persaingan ketat bagi tiga pasangan calon ialah Ridwan Kamil-Suswono, Dharma Pongrekun-Kun Wardana dan Pramono Anung-Rano Karno.
Hingga menjelang pencoblosan tanggal 27 November mendatang, belum ada satu paslon nan memperoleh bunyi 50+1 berasas survei sejumlah lembaga. Pilgub Jakarta berpotensi melangkah dua putaran.
Sempat ada kekhawatiran Pilgub Jakarta bakal dipaksakan berhujung dalam satu putaran seiring Dewan Perwakilan Rakyat di parlemen mengebut pembahasan Rancangan Undang-undang Daerah Khusus Jakarta (DKJ) agar bisa disahkan sebelum hari pencoblosan Pilkada 2024.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun Wakil Ketua DPR RI Adies Kadir memastikan revisi UU Nomor 2 Tahun 2024 tentang DKJ tidak membahas soal Pilkada satu putaran.
"Dapat dipastikan tidak ada pembahasan tentang teknis pilkada apa satu putaran alias tidak beberapa putaran. Tidak ada," kata Adies di kompleks parlemen, Selasa (12/11).
Dengan demikian potensi Pilkada Jakarta berjalan dua putaran tetap sangat terbuka.
Dua paslon nan diprediksi kuat masuk ke putaran dua sejauh ini adalah RK-Suswono dan Pram-Rano. Sebab, elektabilitas Dharma-Kun tak kunjung melampaui lima persen di survei sejumlah lembaga.
Survei Litbang Kompas pada 20-25 Oktober kemarin menyimpulkan elektabilitas Pram-Rano berada di nomor 38,3 persen. Pasangan nomor urut tiga ini unggul atas RK-Suswono nan memperoleh elektabilitas 34,6 persen. Sementara Dharma-Kun hanya 3,3 persen.
Pasangan RK-Suswono unggul dengan elektabilitas mencapai 47,8 persen di survei Parameter Politik 21-25 Oktober. Sementara Pram-Rano memperoleh 38 persen, dan Dharma-Kun 4,3 persen.
Di dua survei lainnya ialah LSI Denny JA dan LSI, RK-Suswono mengungguli paslon lainnya. Hanya saja, elektabilitas mereka di dua survei tersebut belum menyentuh bunyi 50+1.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin pun memprediksi Pilgub Jakarta bakal melangkah dua putaran. Menurut dia, persaingan panas dan ketat baru bakal terlihat di putaran kedua tersebut.
"Saya memandang ini pertaruhan soal nilai diri kedua paslon, maka ya suka tidak suka, senang tidak senang, bakal terjadi persaingan nan memanas dari kedua belah pihak untuk mengalahkan satu sama lain di putaran kedua nanti," ujar Ujang melalui pesan suara, Selasa (12/11).
Ujang mengatakan pada putaran II nanti, baik RK-Suswono maupun Pram-Rano mengevaluasi kelemahan dan kekuatan masing-masing. Kata dia, kedua paslon tersebut bakal mati-matian untuk bisa mengalahkan satu sama lain.
"Jual beli serangan mungkin dalam kampanye kelak itu bakal muncul sehingga kudu diantisipasi jangan sampai terjadi konflik," kata Ujang.
Ia memandang Pilgub Jakarta tahun ini bisa menyerupai tahun 2017 silam nan sangat panas. Hanya saja, berbeda dari periode sebelumnya, Ujang beranggapan rumor nan dikembangkan pada tahun ini bukan lagi agama.
"Pilkada bakal semakin kencang, semakin panas, semakin ketat dan ya mungkin agak mirip-mirip dengan 2017, tapi rumor nan dikembangkannya bukan rumor SARA tapi isu-isu lain," ucap dia.
"Mungkin mengangkat kebobrokan kandidat lawannya. Memang kelihatannya panasnya mungkin menyerupai seperti 2017 lampau tapi isunya bukan lagi agama. Mungkin bakal menyerang latar belakang kandidat, persoalan korupsi dan lainnya," sambungnya.
Ujang mengungkapkan penerimaan penduduk Jakarta dan visi-misi menjadi aspek kunci keterpilihan calon, baik RK-Suswono maupun Pram-Rano. Di putaran pertama ini, dia beranggapan bunyi pendukung Anies Baswedan juga mengambil porsi penentu.
"Faktor pendukung Anies menjadi salah satu kunci, tapi sebenarnya pendukung Anies itu bukan di putaran kedua, masuknya di putaran pertama ini," kata Ujang.
"Di putaran kedua kelak ya aspek lain. Saya sih melihatnya ada aspek 'lebih bisa diterima penduduk Jakarta, programnya termasuk visi-misinya' bisa jadi solusi bagi penduduk Jakarta. Tentu ada banyak aspek lain," lanjut dia menambahkan.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro mengatakan jika dilihat secara elektoral, pertarungan Pilgub Jakarta bakal berjalan ketat lantaran masing-masing paslon mempunyai kelebihan dan keterbatasan.
Di kubu RK-Suswono, menurut Agung, dalam beberapa kesempatan mesin politik unik partai pengusung 'dingin' sebelum digenjot kembali lewat pertemuan beruntun dengan 'King Maker' ialah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
Sedangkan di kubu Pram-Rano, kata Agung, mesin politik konsisten 'panas' sehingga pilihan paling logis adalah mendongkrak habis-habisan instrumen pemenangan di semua lini.
Selain secara elektoral, Agung juga memandang akibat personal.
"Secara personal, kudu diakui mengemuka blunder berulang kali di sisi RK-Suswono nan sedari awal unggul jauh elektabilitas. Situasi ini dibaca dengan baik oleh Pram-Rano sehingga bisa mengejar ketertinggalan nan membikin Pilkada Jakarta kompetitif," ucap dia.
Sedangkan secara institusional, lantaran partai koalisi pengusung RK-Suswono besar, membikin beragam sumber daya (resources) membengkak. Berbanding terbalik dengan partai koalisi pengusung Pram-Rano nan mini sehingga lebih gesit dan efektif mengoptimalkan logistik nan tersedia.
Menurut Agung, tidak ada aspek penentu alias game changer nan bakal memengaruhi hasil di putaran kedua. Sebab, menurut dia, semua paslon di Pilgub Jakarta merupakan 'orang-orang istana'.
"Artinya baik RK, Pram, dan Dharma adalah sosok-sosok nan dekat dengan istana. Apakah dengan Presiden Jokowi alias Presiden Prabowo," ucap Agung.
Kendati demikian, Agung memandang support alias endorse tunggal dari Anies Baswedan dapat menentukan siapa nan menang dan kalah di Pilgub Jakarta tahun ini.
"Anies effect di Pilkada Jakarta menentukan siapa nan menang-kalah sehingga perlu dipikirkan gimana caranya agar Anies mendeklarasikan dukungannya langsung," ucap Agung.
(ryn/gil)
[Gambas:Video CNN]