Peserta Aktif BPJS Ketenagakerjaan di Industri Tekstil Menurun 6,17 Persen

Sedang Trending 4 bulan yang lalu

TEMPO.CO, Jakarta -Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Anggoro Eko Cahyo mengatakan ada penurunan jumlah kepesertaan aktif pekerja di industri tekstil lantaran banyak perusahaan nan terancam gulung tikar. “Sektor industri tekstil, jika kita lihat penurunannya sejak Januari 2023 sampai dengan Mei 2024 turunnya 6,17 persen alias 21.005 peserta aktif,” katanya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IX DPR di Senayan, Selasa, 2 Juli 2024.

Anggoro mengaku telah berkoordinasi dengan sekitar 57 perusahaan garmen, tekstil, dan dasar kaki untuk membahas kondisi perusahaan nan gulung tikar. “Kondisi nan terjadi, 52,78 persen perusahaan mengalami penurunan pesanan sehingga dampaknya pengurangan jam kerja dan hari kerja, jadi akhirnya efisiensi,” kata Anggoro.

Adapun aspirasi nan disampaikan ke BPJS Ketenagakerjaan, kata Anggoro, seperti kemudahan perizinan dari para penanammodal agar tak kalah bersaing dengan negara berkembang lainnya. Kemudian penetapan bayaran minimum nan tak membenai perusahaan. “Lalu penyediaan bahan baku nan bersih dan murah, lantaran rumor bahan baku banget krusial bagi mereka. Peningkatan dan training keahlian pekerja, dan insentif pajak,” ujarnya.

Anggoro mengatakan, PHK di industri garmen, tekstil, dasar kaki, dan e-commerce belakangan ramai. Dari catatannya, misalnya di industri tekstil, ada 31 perusahaan tekstil gulung tikar, dan 21 melakukan PHK sebagian. “Kemudian sepatu Bata nyaris 230 orang, dan Tokopedia dikabarkan bakal PHK 450 karyawannya. Kami terus memastikan hak-hak pekerja dengan berkoordinasi dengan asosiasi, kementerian, dan perusahaan,” ujarnya.

Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia alias APSyFI, Redma Gita Wirawasta, mengatakan saat ini tercatat 21 industri tekstil di Indonesia gulung tikar. Sementara 31 pabrik tekstil terancam tutup. Dia mengatakan utilitas pabrik tekstil mulai menurun sejak akhir 2022. "Sampai kuartal II 2022 utilisasi kami tetap 72 persen," kata dia melalui sambungan telepon pada Jumat, 28 Juni 2024. Dia menerangkan sejumlah perusahaan tekstil dan garmen, nan merupakan personil ApsyFI, tutup. 

Iklan

Menurut Redma, hingga saat ini utilitas perusahaan terus menurun. Dalam catatan asosiasi, sekarang tinggal 45 persen. "Sejak Covid-19 sudah terpuruk," ujar dia. Keterpurukan industri tekstil sudah terjadi sejak lama. Sementara kejayaan pabrik tekstil terakhir menguat pada 2010-2011.

Pilihan editor: Ribuan Buruh Akan Demo di Depan Istana Besok, Siapkan 7 Tuntutan

BAGUS PRIBADI | IKHSAN RELIUBUN

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis