PMI Manufaktur Juni Turun, Indef: Jika Rupiah Terdepresiasi, Kapasitas Pabrik Tak Akan Ditambah

Sedang Trending 4 bulan yang lalu

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Keuangan memaparkan Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Juni 2024 berada di level 50,7 alias turun dari bulan sebelumnya di posisi 52,1. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengatakan aktivitas manufaktur Indonesia tetap ekspansif. 

Ia berambisi tren ini bersambung ke bulan-bulan berikutnya dengan kualitas nan semakin baik. "Pemerintah mengupayakan beragam support kebijakan untuk mendorong pertumbuhan dan menjaga stabilitas perekonomian nasional ke depan," ujar Febrio lewat pernyataan tertulis, Selasa, 2 Juli 2024.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Abdul Manap Pulungan mengatakan kondisi manufaktur memang mengalami tren penurunan. Komposisi industri manufaktur sangat dipengaruhi bahan baku dan modal impor. "Jika terjadi depresiasi (rupiah), mereka tidak bakal menambah kapabilitas pabrik," ujarnya di Kantor Tempo, Selasa 2 Juli 2024.

Selanjutnya industri dalam negeri juga tetap kurang kompetitif. Sehingga meski ada produk bahan baku lokal industri tidak menyerapnya meskipun kapasitasnya besar, lantaran biayanya tetap mahal. 

Penurunan industri manufaktur juga dipaparkan Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Anggoro Eko Cahyo. Ini terlihat dari catatan BPJS mengenai PHK massal karyawan, khususnya industri terkstil.

Ia mengatakan terjadi penurunan jumlah kepesertaan aktif pekerja di industri tekstil lantaran banyak perusahaan nan terancam gulung tikar. "Sektor industri tekstil, jika kita lihat penurunannya sejak Januari 2023 sampai dengan Mei 2024 turunnya 6,17 persen alias 21.005 peserta aktif,” ujarnya dalam rapat dengan Komisi IX DPR di Senayan, Selasa, 2 Juli 2024.

Iklan

Ia mengaku telah berkoordinasi dengan perusahaan garmen, tekstil, dan dasar kaki di 57 perusahaan untuk membahas kondisi perusahaan nan gulung tikar. Kondisi nan terjadi, 52,78 persen perusahaan mengalami penurunan pesanan sehingga dampaknya pengurangan jam kerja dan hari kerja, jadi akhirnya efisiensi. 

Ia membenarkan telah terjadi PHK di industri garmen, tekstil, dasar kaki, dan e-commerce. Dari catatannya, misalnya di industri tekstil, ada 31 perusahaan tekstil gulung tikar, dan 21 melakukan PHK sebagian. Kemudian sepatu bata nyaris 230 orang, dan tokopedia dikabarkan bakal PHK 450 karyawannya. 

Anggoro mengatakan perusahaan memerlukan beragam kebijakan seperti kemudahan perizinan dari para penanammodal agar tak kalah bersaing dengan negara berkembang lainnya. Selain itu perlu penyediaan bahan baku nan bersih dan murah, lantaran rumor bahan baku banget krusial bagi industri. 

ILONA | BAGUS PRIBADI

Pilihan Editor: Asosiasi Produsen Serat dan Benang: 21 Pabrik Tekstil dan Garmen Tutup, 150 Ribu Karyawan Kena PHK

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis