Polemik Penutupan Jalan Sekolah Petra Surabaya Berakhir Damai

Sedang Trending 2 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Surabaya, CNN Indonesia --

Polemik penarikan iuran keamanan hingga berbuntut penutupan akses jalan SMP-SMA Petra, di Manyar, Mulyorejo, Surabaya, akhirnya berujung damai.

Permasalahan itu rampung setelah Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mendatangi Sekolah Petra dan menemui para Ketua RW di wilayah setempat. Ia juga membujuk kedua belah pihak untuk mediasi, Senin (5/8).

"Alhamdulillah dari pertemuan tadi itu terbuka lah semuanya, akhirnya ditarik konklusi temen-temen RW mengatakan saya wes emoh lah onok fitnah (tidak mau ada fitnah)," kata Eri usai menggelar mediasi di rumah salah satu ketua RW.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Eri mengatakan pihak RW akhirnya sepakat tak bakal menarik iuran duit keamanan ke pihak Petra. Mereka disebut tak mau jadi sasaran fitnah. Iuran itu sendiri berjumlah sebesar Rp32 juta dan rencananya bakal naik jadi Rp35 juta.

"Sehingga temen-temen RW sudah menyampaikan, selesai. Biar tidak ada fitnah, mereka sudah tidak mau terima apa-apa," ucapnya.

Kini, kata Eri, duit iuran itu bakal dikelola sendiri oleh pihak Petra. Mereka bakal menggunakannya sebagai biaya CSR untuk mengelola akomodasi di sekitar lingkungannya serta untuk mengatasi kemacetan di wilayah setempat.

"Jadi, nan dulu duit [iuran] dititipkan ke RW, sekarang tidak dititipkan ke RW, langsung dipegang (dikelola) Petra," ucapnya.

Sementara itu, Ketua RW IV, Lilik Aljufri Hasan mengatakan, pihaknya perlu menjelaskan rumor nan berkembang. Ia menyebut pihak Petra tidak menyetor Rp140 juta ke bendaharawan nan ditunjuk para RW. Melainkan Rp32 juta dan rencananya bakal naik jadi Rp35 juta.

"Ya jadi Petra itu menyetor ke kami itu Rp32 juta, kami [RW IV] Rp32 juta, dua RW juga Rp32 juta. Karena di sini ada tiga RW sama plus Petra, jadi kami total menerima Rp128 juta," kata Lilik.

Uang itu digunakan untuk menggaji 40 orang satpam nan bekerja di kompleks mereka. Selain itu biaya tersebut juga dipakai buat biaya operasional akomodasi umum (fasum).

Namun, persoalan jadi ramai saat para RW hendak meningkatkan jumlah iuran dari Rp32 juta menjadi Rp35 juta, untuk menambah bayaran satpam nan selama lima tahun terakhir tidak bertambah.

Lilik mengatakan, sekarang pihaknya sudah tak mempermasalahkan perihal itu. Mereka juga tak bakal menarik iuran ke pihak Petra lagi. Polemik itu sudah diselesaikan dengan kekeluargaan

"Kami mau nan terbaik, kami ini mau kekeluargaan, lantaran Petra ini bukan baru satu, dua tahun ada di sini 40 tahun nan berdampingan dengan kami," katanya.

Di sisi lain, Wakil Direktur Sarana dan Prasarana Petra, Robertus Pranata mengatakan persoalan nan terjadi antara pihaknya dengan RW setempat telah selesai.

Petra tidak lagi bayar iuran ke pihak RW alias Bendahara Keamanan nan ditunjuk para RW. Sebagai gantinya, mereka bakal mendanai program CSR di lingkungan sekitar. Salah satunya adalah untuk menanggulangi kemacetan di kompleks.

"Petra kelak bakal melakukan CSR untuk melakukan pembenahan di lampau lintas agar tidak terjadi kemacetan ataupun terjadi kemacetan pun mengurainya lebih cepat, kami juga bekerjasama kelak dengan Dishub untuk membantu kami memberikan kalkulasi gimana caranya agar lampau lintas ini bisa terurai," kata Robert.

Melalui program CSR itu juga mereka berjanji bakal melakukan pembersihan bozem alias waduk penampung air di lingkungan setempat dari tanaman eceng gondok.

"Lalu juga untuk CSR kami di bozem gimana kami bakal membersihkan kami juga bekerjasama dengan pihak Dinas Lingkungan Hidup kelak dibantu Pak Eri dengan cepat, dimana kami bakal membantu agar bozem ini bisa dinikmati oleh penduduk bukan hanya sebagai tempat buangan [air] tapi mungkin jadi tempat wisata, itu angan kami," ujarnya.

(frd/fra)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya
Sumber cnnindonesia.com nasional
cnnindonesia.com nasional