Polemik Salam Lintas Agama, Beda Ucapan Era Sukarno hingga Jokowi

Sedang Trending 4 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, CNN Indonesia --

Forum Ijtima Ulama Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah memutuskan bahwa pengucapan salam lintas agama bukan merupakan penerapan dari toleransi.

Keputusan ini diambil dalam Ijtima Ulama Komisi Fatwa MUI se-Indonesia VII nan diselenggarakan di Bangka Belitung pada Kamis (30/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut MUI, pengucapan salam merupakan angan nan berkarakter ubudiyah alias mengabdikan diri kepada Allah SWT.

Oleh lantaran itu, pengucapan salam seorang muslim kudu mengikuti ketentuan hukum Islam dan tidak boleh mencampuradukkan dengan ucapan salam dari kepercayaan lain.

MUI juga menegaskan bahwa pengucapan salam nan berdimensi angan unik kepercayaan lain oleh umat Islam hukumnya haram.

Sebagai alternatif, MUI meminta umat Islam untuk mengucapkan salam dengan 'Assalamu'alaikum' alias salam nasional, tanpa mencampuradukkan dengan salam dari kepercayaan lain ketika datang dalam forum lintas agama.

MUI Jawa Timur juga mengimbau pejabat publik untuk tidak menggunakan salam pembuka lintas kepercayaan dalam aktivitas resmi.

Penggunaan salam lintas kepercayaan di Indonesia mulai dikenal sejak era Presiden Megawati, bersambung pada pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, dan semakin sering digunakan oleh Presiden Joko Widodo.

Dalam pidato resmi, Jokowi sering mengucapkan salam sebagai berikut, "Assalamu'alaikum, salam sejahtera, Om Swastiastu, Syalom, Nammo Budaya, Salam Kebajikan".

Berbeda dengan era Orde Lama, Sukarno menggunakan "Assalamualaikum" sebagai salam pembuka dalam pidatonya, dilanjutkan dengan kata penyemangat "Merdeka".

Sukarno juga kerap mengucapkan kalimat pujian kepada Nabi Muhammad SAW usai mengucapkan salam.

"Nabi Besar Muhammad SAW telah menemukan ucapan salam untuk mempersatukan umatnya, maka turun pula lah suatu ilham dari Allah SWT untuk memekikkan suatu salam kebangsaan dari bangsa Indonesia," ucap Soekarno dikutip situs Museum Nasional Proklamasi (Munasprok).

Selanjutnya, di era Soeharto sebelum menyampaikan salam "Assalamualaikum", dia kerap mengucapkan, "Saudara-saudara sebangsa dan se-Tanah Air".

Hal ini dibuktikan dari isi pidato terakhirnya saat mengundurkan diri sebagai Presiden pada tahun 1998 nan juga menjadi pertanda berakhirnya masa Orde Baru.

"Saudara-saudara sebangsa dan se-Tanah Air. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Sejak beberapa waktu terakhir saya mengikuti dengan jeli perkembangan situasi nasional kita..."

Di era B.J. Habibie, dirinya tidak mempunyai langkah salam nan khas. Biasanya salam langsung dimulai dengan "Assalamualaikum".

Namun, pada beberapa kesempatan dirinya sering mengucapkan pujian kepada Tuhan serta "Salam sejahtera untuk kita semua".

Ini dibuktikan dari Pidato Kepresidenan pertamanya nan dimulai dengan "Bismillahirahmanirahim, Assalamualaikum..." lampau dilanjutkan dengan "Saya membujuk seluruh rakyat Indonesia di mana pun berada untuk memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan nan Maha Esa..."

Pada era selanjutnya, Abdurrahman Wahid namalain Gus Dur lebih sering mengucapkan "Assalamualaikum" nan dilanjutkan dengan pujian kepada Nabi Muhammad SAW saat membuka pidatonya. Namun, dirinya juga pernah mengucapkan "Salam sejahtera untuk kita semua".

Salah satu salam nan disertai salawat dapat dilihat dari isi sumpah jabatannya sebagai Presiden pada 20 Oktober 1999.

"Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Bismilahirahmanirahim, Alhamdulillahirobbil alamin, wabihi nasta'in 'ala umuriddunya waddin, wassalatu wassalamu 'ala asrofill ambiyai wal mursalin, sayyidina wa habibina, wasafiina, wamaulana Muhammad SAW, waala alihi washobihi ajmain," ucap Gus Dur saat mengucapkan sumpah jabatan.

(csp/pmg)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya
Sumber cnnindonesia.com nasional
cnnindonesia.com nasional