Profil Daron Acemoglu, Peraih Hadiah Nobel Ekonomi 2024 dari Turki

Sedang Trending 1 bulan yang lalu

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Turki-Amerika Serikat, Daron Acemoglu menjadi salah satu penerima Hadiah Nobel Ekonomi 2024. Penghargaan diberikan atas penelitiannya berbareng Simon Johnson dan James Alan Robinson mengenai dengan hubungan antara kolonialisme di masa lampau dengan kesenjangan ekonomi antarnegara di masa kini. 

Menurut keterangan resmi Komite Nobel, pada Selasa, 15 Oktober 2024, ketiga peneliti itu telah menunjukkan bahwa salah satu penjelasan mengenai perbedaan kemakmuran setiap negara merupakan lembaga sosial nan terbentuk selama masa kolonialisme. Lantas, gimana sosok Acemoglu? 

Profil Daron Acemoglu

Melansir laman Britannica, Acemoglu lahir di Istanbul, Turki pada 3 September 1967. Dia tumbuh di dalam family keturunan Armenia. Ibunya adalah kepala sekolah di Armenia, sedangkan ayahnya berprofesi sebagai pengacara bisnis. 

Setelah tamat dari sekolah menengah atas di Turki, dia pindah ke Inggris untuk melanjutkan pendidikan di University of York dan sukses meraih gelar sarjana ekonomi-matematika pada 1989. Dia lampau meneruskan studi di London School of Economics and Political Science (LSE), di mana dia menerima gelar master pada 1990 dan gelar ahli pada 1992. 

Setelah itu, Daron Acemoglu menjadi staf pengajar di LSE, tetapi kemudian berasosiasi dengan Fakultas Ekonomi Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat. Pada 2000, dia menjadi guru besar penuh, dan diangkat sebagai Profesor Institut di MIT pada 2019. 

Acemoglu telah terlibat dalam sejumlah titel penelitian berpengaruh mengenai hubungan antara lembaga sosial dengan pembangunan ekonomi. Salah satu karya tulisnya nan ditulis berbareng James Robinson, ialah Why Nation Fail: The Origins of Power, Prosperity, and Poverty (Mengapa Bangsa Gagal: Asal Mula Kekuasaan, Kemakmuran, dan Kemiskinan) pada 2012. 

Dalam karya tulisnya, Acemoglu beranggapan bahwa negara-negara dengan lembaga politik nan inklusif dan menghormati patokan norma condong makmur. Sementara negara-negara dengan lembaga ekstraktif nan tidak menegakkan kesetaraan politik dan ekonomi nan ekstrem serta hanya melayani segelintir elite, biasanya miskin alias terbelakang secara ekonomi. 

Daftar Penghargaan Daron Acemoglu

Iklan

Kemudian, melansir laman resmi Fakultas Ekonomi MIT, Acemoglu merupakan Profesor Institut nan konsentrasi pada bagian ekonomi makro, ekonomi politik, ekonomi tenaga kerja, ekonomi pembangunan, dan teori ekonomi. 

Selain berprofesi sebagai pengajar di MIT, Acemoglu adalah seorang fellow terpilih dari National Academy of Sciences, American Philosophical Society, British Academy of Sciences, American Academy of Arts and Sciences, Econometric Society, European Economic Association, Turkish Academy of Sciences, dan Society of Labor Economists. 

Tak hanya itu, dia juga tercatat sebagai personil Group of Thirty (G30), organisasi pegiat ekonomi dan akademisi internasional. Dia telah menerima beberapa penghargaan, di antaranya Penghargaan TW Schultz perdana dari University of Chicago pada 2004 dan Sherwin Rose Award untuk kontribusi luar biasa terhadap ekonomi tenaga kerja pada 2004. 

Berbagai perhargaan bergengsi lainnya juga sukses diraih Daron Acemoglu, meliputi Distinguished Science Award dari Turkish Science Association pada 2006, John von Neumann Award dari Rajk College Budapest pada 2007, Carnegie Fellowship pada 2017, Jean-Jacques Laffont Prize pada 2018, Global Economy Prize pada 2019, dan bingkisan CME Mathematical and Statistical Research Institute pada 2021. 

Daron Acemoglu juga dianugerahi Medali John Bates Clark pada 2005, penghargaan Erwin Plein Nemmers pada 2012, dan BBVA Frontiers of Knowledge pada 2016. Beberapa gelar ahli kehormatan juga dia terima dari University of Utrecht, Bosphorus University, University of Athens, Bilkent University, University of Bath, Ecole Normale Superieure, Saclay Paris, dan London Business School. 

Defara Dhanya Paramitha berkontribusi dalam penulisan tulisan ini. 

Pilihan Editor: Rapor Ekonomi 10 Tahun Pemerintahan Jokowi: Pertumbuhan Ekonomi Stagnan, Utang Membengkak hingga Ketimpangan

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis