Profil Ray Dalio, Konglomerat Pemilik Harta Rp 217 T

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan berkonsultasi dengan Ray Dalio untuk merencanakan pembentukan family office di Indonesia. Dia berjumpa Ray Dalio di sela aktivitas Indonesia Africa Forum (IAF) di Bali, Minggu, 1 September 2024. 

Ray diundang sebagai pembicara untuk membagikan pandangannya tentang perubahan ekonomi global. Momen pertemuan Luhut dengan orang terkaya ke-124 di bumi berasas Forbes 2024 -dengan nilai kekayaan US$ 14 miliar (Rp 217,45 triliun, kurs Rp 15.552)- itu dia bagikan melalui media sosial.

“Pengalaman Ray nan pernah disebut sebagai 100 orang berpengaruh di bumi jenis Majalah Times, akhirnya membikin kami mengundang dirinya untuk belajar dan mendengar pandangannya mengenai kebijakan family office,” ujar Luhut, dikutip dari unggahannya di IG resmi @luhut.pandjaitan pada Senin, 2 September 2024. 

Lantas, siapa sebenarnya Ray Dalio, konglomerat pemilik kekayaan Rp 271 Triliun nan diajak berbincang oleh Luhut tentang family office? Berikut rangkuman info selengkapnya.

Profil Ray Dalio

Ray Dalio adalah pendiri biaya lindung nilai alias hedge fund terbesar di dunia, Bridgewater Associates. Lembaga ini mengelola biaya sebesar US$ 124 miliar. Saat ini, Ray juga mempunyai family office di Abu Dhabi dan Singapura. Hal ini lah nan membikin Luhut memintanya untuk menjadi pembicara dan berbincang mengenai pembentukan family office di Indonesia.

Melansir dari profil Forbes, Ray Dalio adalah Sarjana Seni/Sains dari Long Island University. Dia kemudian melanjutkan pendidikannya dan sukses meraih gelar Magister Administrasi Bisnis dari Harvard Business School.

Dalio tumbuh di lingkungan kelas menengah di Long Island dan mulai bermain pasar pada usia 12 tahun. Saat itu, dia memperoleh beragam tips upaya dari para pegolf nan menjadi caddy-nya. Lalu pada 1975, setelah memperoleh gelar MBA dari Harvard Business School, dia meluncurkan Bridgewater dari apartemen dua bilik tidurnya di New York City.

Melansir dari laman Bridgewater, Dalio telah menjalankan bisnisnya lebih dari 47 tahun. Dia pun sukses membangun Bridgewater Associate sebagai perusahaan biaya lindung nilai terbesar di bumi dan perusahaan swasta terpenting kelima di Amerika Serikat menurut Majalah Fortune. 

Iklan

Dalio mengundurkan diri sebagai CEO Bridgewater pada 2017. Pada tahun itu, dia juga menerbitkan kitab berjudul Principles: Life & Work, nan menjadi kitab terlaris New York Times nan mengkodifikasi prinsip-prinsipnya. Selain itu, dia juga menerbitkan dua kitab lain nan berjudul Principles for Dealing with the Changing World Order, dan Principles for Navigating Big Debt Crises.

Dalio kemudian memutuskan untuk pensiun sebagai co-CIO pada tahun 2022, menyelesaikan transisi nan mentransfer kendali kebanyakan ke majelis dewan biaya lindung nilai. Bridgewater sendiri dikenal dengan budaya “transparansi radikal”, termasuk mendorong perbedaan pendapat, mengungkapkan ketidaksetujuan secara terbuka, dan merekam semua rapat.

Inovasi investasi Dalio, seperti paritas risiko, alpha overlay, dan All Weather, mengubah langkah lembaga dunia mendekati investasi. Hal ini membikin Dalio telah menerima beberapa penghargaan pencapaian selama hidupnya. 

Selama beberapa dekade, dia juga telah menjadi penasihat ekonomi makro nan berbobot bagi banyak kreator kebijakan di seluruh dunia. Karena akibat pemikirannya terhadap kebijakan ekonomi makro global, dia pun dinobatkan oleh majalah TIME sebagai salah satu dari “100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia.” 

Meski telah pensiun, saat ini Dalio tetap menjadi penanammodal dan mentor di Bridgewater. Dia juga menjabat sebagai salah satu majelis direksinya. Di sisi lain, dia adalah seorang filantropis aktif dengan minat unik dalam eksplorasi laut dan membantu memperbaiki tidak adanya kesempatan nan sama dalam pendidikan, perawatan kesehatan, dan keuangan. 

Dalio telah menyumbangkan lebih dari US$1 miliar untuk aktivitas filantropi. Dalio Philanthropies, lembaga filantropi miliknya, apalagi turut mendukung finansial mikro dan pendidikan publik.

Riri Rahayu berkontribusi dalam tulisan ini.

Pilihan editor: Nilai Ekspor Udang ke Pasar Dunia 2024 Menurun

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis