TEMPO.CO, Jakarta - Pakar ekonomi Inggris-Amerika Serikat, Simon Johnson menjadi satu dari tiga orang peraih Nobel Ekonomi 2024. Dia berbareng Daron Acemoglu dan James Alan Robinson menerima penghargaan atas penelitian mengenai hubungan antara kolonialisme di masa lampau dengan kesenjangan ekonomi setiap negara di masa kini.
Dalam keterangan resmi Komite Nobel pada Selasa, 15 Oktober 2024, disebutkan bahwa ketiga peneliti itu telah menunjukkan salah satu penjelasan mengenai perbedaan kesejahteraan negara merupakan lembaga sosial nan terbentuk selama era kolonialisme. Lantas, gimana sosok Johnson?
Profil Simon Johnson
Melansir laman Britannica, Simon Johnson lahir di Sheffield, Inggris pada 16 Januari 1963. Dia memperoleh gelar sarjana ekonomi dan politik dari University of Oxford pada 1984.
Kemudian, dia melanjutkan kuliah ke program master di University of Manchester dan lulus pada 1986. Pada 1989, dia sukses meraih gelar ahli dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat.
Jejak kariernya diawali dari Sekolah Bisnis Fuqua, Duke University sebagai asisten dan guru besar madya ekonomi (1991-1997). Lalu, dia menjadi Profesor Kewirausahaan Ronald A. Kurtz di Sloan School of Management, MIT sejak 2004; dan rekan peneliti di Biro Riset Ekonomi Nasional alias National Bureau of Economic Research sejak 2004.
Dia juga tercatat pernah mengisi bangku penasihat ekonomi dan kepala departemen riset di Dana Moneter Internasional alias International Monetary Fund (IMF) pada 2007-2009. Dia sekarang tetap menjabat sebagai salah satu Dewan Risiko Sistemik CFA Institute, dan berasosiasi dengan dewan Fannie Mae pada Februari 2021.
Selain sebagai pengajar di perguruan tinggi, Simon Johnson sebelumnya dikenal sebagai peneliti senior di Peterson Institute for International Economics di Washington, DC, dan salah satu pendiri situs BaselineScenario.com. Pada 2014-2017, dia menjadi personil Financial Research Advisory Committee dari Office of Financial Research (OFR), Departemen Keuangan Amerika Serikat.
Daftar Karya Simon Johnson
Iklan
Melansir laman Sloan School of Management, MIT, Simon Johnson telah terlibat dalam sejumlah studi tentang hubungan antara lembaga sosial dan pembangunan ekonomi. Salah satu karya tulisnya, ialah Power and Progress: Our Thousand and Prosperity nan dikerjakan berbareng Daron Acemoglu pada 2023, nan mengeksplorasi sejarah dan ekonomi, transformasi teknologi, hingga perkembangan kepintaran buatan alias artificial intelligence (AI).
Bersama Jonathan Gruber, dia menerbitkan kitab berjudul Jump-Starting America: How Breakthrough Science Can Revive Economic Growth and the American Dream pada 2019. Dalam bukunya, mereka menjelaskan langkah menciptakan jutaan lapangan kerja baru di seluruh Amerika Serikat, termasuk melalui investasi publik dalam penelitian dan pengembangan.
Tak hanya itu, Simon Johnson juga menulis tulisan berjudul The Quiet Coup di The Atlantic yang meraih lebih dari satu juta penayangan sejak muncul pada 2009. Bukunya berbareng James Kwaak nan berjudul “13 Bankers: The Wall Street Takeover and the Next Financial Meltdown” menjadi salah satu kitab paling laku dan paling disegani di bagian krisis keuangan.
Salah satu bukunya nan lain mengenai kebijakan fiskal Amerika Serikat, ialah “White House Burning: The Founding Fathers, Our National Debt, and Why It Matters for You” disebut menuai banyak pujian dari seluruh kalangan politik. Makalah penelitian akademis Simon Johnson tentang pembangunan ekonomi jangka panjang, ekonomi politik, dan finansial perusahaan juga banyak dikutip.
Defara Dhanya Paramitha berkontribusi dalam penulisan tulisan ini.
Pilihan Editor: Profil Daron Acemoglu, Peraih Hadiah Nobel Ekonomi 2024 dari Turki