Respons UII, Forum Rektor Tak Setuju Desakralisasi Gelar Profesor

Sedang Trending 2 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, CNN Indonesia --

Ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) Forum Rektor Indonesia (FRI) Mohammad Nasih tak setuju dengan desakralisasi gelar guru besar nan diserukan oleh Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Fathul Wahid.

Menurutnya, para guru besar justru kudu menjaga muruah gelar tersebut sebagai kedudukan tertinggi di bumi akademik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Enggak perlu desakralisasi. Justru kita semua perlu menjaga martabat dan maruah serta kemuliaan guru besar sebagai kedudukan akademik tertinggi," kata Nasih kepada CNNIndonesia.com, Jumat (19/7).

Nasih beranggapan gelar guru besar semestinya cukup digunakan secara proporsional. Nasih menyebut saat seseorang tidak melakukan aktivitas akademis, maka gelar guru besar tidak perlu dibawa-bawa.

"Menurut saya, proporsional saja. Kapan dan dalam kondisi apa guru besar digunakan. Ketika bertindak sebagai manajer, pengelola, alias administratur ya enggak perlu pake Prof," jelasnya.

Sebaliknya, kata Nasih, ketika seseorang nan mempunyai gelar itu melakukan aktivitas akademis, maka gelar tersebut dibutuhkan.

"Ketika dalam posisi dan berkedudukan sebagai akademisi dan alias pendidik ya tetap perlu guru besar disebutkan," ucapnya.

Sebelumnya, Fathul Wahid meminta agar semua gelar akademiknya tak dicantumkan ke dalam surat, dokumen, serta produk norma kampusnya.

Hal itu tertuang melalui Surat Edaran Nomor: 2748/Rek/10/SP/VII/2024 nan dialamatkan kepada seluruh pejabat struktural di lingkungan UII dan diteken oleh Fathul Wahid sendiri, Kamis (18/7).

"Dalam rangka menguatkan atmosfir kolegial dalam tata kelola perguruan tinggi, berbareng ini disampaikan bahwa seluruh korespondensi surat, dokumen, dan produk norma selain ijazah, transkrip nilai, dan nan setara itu dengan penanda tangan Rektor nan selama ini tertulis gelar komplit 'Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D.' agar dituliskan tanpa gelar menjadi 'Fathul Wahid'," demikian isi surat info tersebut.

Fathul mengaku mau mendesakralisasi kedudukan guru besar dan membikin kultur nan lebih kolegial. Dengan begitu, dia berambisi gelar tersebut tidak lagi membikin banyak pihak mengejar dengan menghalalkan segala langkah untuk mendapat gelar tersebut.

"Dengan segala hormat, sebagai upaya desakralisasi kedudukan profesor, kepada seluruh sahabat, mulai hari ini minta jangan panggil saya dengan julukan prof," tulis Fathul dalam unggahan facebooknya, dikutip Jumat (19/7).

"Para sahabat guru besar nan setuju, mari kita lantangkan tradisi nan lebih kolegial ini. Dengan desakralisasi ini, semoga kedudukan guru besar tidak lagi dikejar oleh banyak orang, termasuk para pejabat dan politisi, dengan menghalalkan semua cara," imbuhnya.

(yla/pmg)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya
Sumber cnnindonesia.com nasional
cnnindonesia.com nasional