RI Alami Deflasi 3 Bulan Beruntun, Ekonom Indef Ingatkan Risiko Resesi

Sedang Trending 2 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik alias BPS mencatat Indonesia mengalami deflasi 0,18 persen pada Juli 2024 secara bulanan. Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen dari 106,28 pada Juni 2024 menjadi 106,09 pada Juli 2024.

Amalia mengatakan deflasi bulan Juli lebih dalam dibanding bulan sebelumnya. “Dan merupakan deflasi ketiga pada 2024,” ujarnya lewat YouTube BPS, Kamis, 1 Agustus 2024.

Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didik J. Rachbini mengatakan deflasi merupakan penurunan tingkat umum nilai peralatan dan jasa. Degradasi tersebut menyebabkan berkurangnya aktivitas ekonomi, nan pada gilirannya menyebabkan nilai semakin jatuh. “Hal ini dapat mengakibatkan resesi nan berkepanjangan,” kata dia lewat pernyataan resmi dikutip Sabtu, 3 Agustus 2024.

Perkembangan deflasi ini kudu dicermati dengan baik.  Musababnya, deflasi beruntun tidak terjadi begitu saja, tetapi merupakan rangkaian pengelolaan ekonomi  yang tidak memadai. Deflasi nan terjadi, seolah-olah menguntungkan masyarakat, namun ini secara umum merupakan indikasi konsumen secara luas tidak bisa mengkonsumsi peralatan dengan wajar alias setidaknya menunda konsumsinya.  

Guru besar Universitas Paramadina itu menambahkan kedengarannya deflasi menguntungkan bagi konsumen lantaran nilai nan lebih rendah. “Tetapi ini merupakan kejadian makro ekonomi dimana ekonomi masyarakat sedang tidak berkekuatan untuk membeli barang-barang kebutuhannya,” ujarnya.  

Selain menerima keadaan deflasi beruntun, dia melanjutkan, konsumsi lemah lantaran pendapatan turun dan PHK pengangguran nan semakin massal. Dengan adanya campuran masalah industri, pengangguran, dan deflasi lantaran konsumsi menurun, maka bumi upaya bakal semakin berat.  Didik nan juga personil Dewan Pertimbangan bilik jual beli dan industri (Kadin) memandang tidak banyak pengganti nan bisa diambil pengusaha saat ini selain memangkas biaya produksi. nan pada akhirnya berujung mengurangi pekerja menjadi lebih sedikit lagi. 

Iklan

Dunia upaya mengalami penurunan pendapatan akibat konsumsi masyarakat turun sehingga dengan terpaksa memberhentikan pekerja alias mengurangi jam kerja. Dalam jangka lebih panjang bisa terjadi stagnasi alias penurunan upah. “Secara makro ini selanjutnya mengurangi permintaan secara keseluruhan dalam perekonomian,” ujarnya lagi.

Sekretaris Jenderal Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Anggawira mengatakan perihal senada.“Deflasi sering kali merupakan tanda bahwa permintaan agregat dalam perekonomian menurun, nan bisa berakibat negatif pada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat," ujarnya dalam pernyataan tertulis.

Ia merekomendasikan pemerintah untuk mendorong penguatan sektor riil. Dengan langkah memberikan insentif alias subsidi untuk sektor-sektor seperti pertanian, manufaktur, dan pariwisata nan mempunyai multiplier effect tinggi. Selain itu, diiversifikasi produk ekspor dan membuka pasar baru dapat membantu mengurangi ketergantungan pada pasar tradisional nan mungkin sedang lesu.

Pilihan Editor: Hipmi Rekomendasi Solusi Atasi Deflasi

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis