TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat tipis dalam penutupan perdagangan hari ini Rabu, 22 Mei 2024. Nilai tukar rupiah dicatat menjadi Rp 15.995 per dolar AS. Pada hari sebelumnya, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 15.999 per US$.
Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan bahwa indeks dolar stabil di perdagangan Asia hari ini, setelah mencatat beberapa kenaikan kemarin. Meskipun tetap mengalami penurunan dibandingkan pekan lalu, namun greenback sukses memulihkan beberapa penurunan pada pekan ini. Hal ini lantaran para pejabat The Fed terus memperingatkan bahwa mereka perlu kepercayaan nan lebih besar untuk mulai memangkas suku bunga.
Ibrahim menjelaskan, risalah pertemuan The Fed pada akhir April nan bakal dirilis Rabu, menjadi isyarat dari bank sentral. The Fed telah mempertahankan suku kembang tetap stabil selama pertemuan tersebut, sementara Ketua The Fed Jerome Powell tetap mengisyaratkan kemungkinan penurunan suku kembang pada tahun ini.
Para pedagang bakal menunggu untuk memandang apakah perihal ini bakal terjadi di antara semua pejabat The Fed, terutama lantaran inflasi nan tetap stabil. Sejumlah pejabat Fed memperingatkan, mereka butuh lebih banyak kepercayaan bahwa inflasi bakal turun, sebelum mulai memangkas suku bunga.
"Komentar mereka mendukung greenback dan menekan sebagian besar aset berisiko tinggi dan tidak memberikan imbal hasil," kata Ibrahim pada Rabu.
Iklan
Di sisi lain, ekspor Jepang tumbuh kurang dari perkiraan pada bulan April. Hal ini lantaran lemahnya permintaan di pasar-pasar utama, khususnya Tiongkok. Kemudian, impor juga dilaporkan mengecewakan lantaran permintaan lokal tetap lemah. Akibatnya, negara tersebut mencatat defisit perdagangan nan lebih besar dari perkiraan.
Hari ini, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku kembang referensi alias BI Rate di level 6,25 persen. Suku kembang dinaikkan 25 pedoman poin pada bulan lampau untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari akibat memburuknya akibat global.
Kenaikan ini merupakan nan pertama kali sejak Oktober 2023. Kebijakan ini juga sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5 plus minus 1 persen pada 2024 dan 2025.
Pilihan Editor: Jokowi Akan 'Cawe-cawe' Beresi Bea Cukai, Ini Deretan Masalah nan Disorot Masyarakat