Rupiah Menguat Tipis ke Level Rp 16.260 per Dolar AS

Sedang Trending 2 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

TEMPO.CO, Jakarta - Mata duit rupiah menguat 40 poin dalam penutupan perdagangan hari ini Rabu, 31 Juli 2024. Nilai tukar rupiah ditutup pada level Rp 16.260 per dolar AS. Pada penutupan perdagangan Selasa kemarin, kurs rupiah terhadap dolar AS tercatat di level Rp 16.300.

Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan para pedagang menjauh dari dolar AS sebelum penutupan rapat the Fed. Bank sentral secara luas diperkirakan bakal mempertahankan suku kembang tetap stabil. "Namun, konsentrasi bakal tertuju pada sinyal potensial pemangkasan suku bunga, menyusul beberapa pembacaan inflasi nan lemah dan komentar dovish dari pejabat the Fed," kata Ibrahim dalam kajian rutinnya.

Di samping itu, ketegangan di Timur Tengah memanas setelah ketua Hamas Ismail Haniyeh tewas di Iran pada Rabu. Insiden ini terjadi sehari setelah pemerintah Israel menyatakan telah menewaskan komandan senior Hizbullah dalam serangan udara di Beirut pada Selasa, sebagai jawaban atas serangan roket lintas pemisah pada Sabtu di Israel. 

Di Asia, info Purchasing Managers' Index (PMI) menunjukkan sektor manufaktur Cina menyusut selama tiga bulan berturut-turut pada Juli, sementara pertumbuhan non-manufakturnya melambat. Data tersebut muncul setelah pertemuan Politbiro Cina nan mana pemerintah menjanjikan lebih banyak langkah stimulus, terutama untuk meningkatkan sentimen konsumen. 

"Komentar dari Politbiro dan pembacaan PMI nan lemah meningkatkan angan untuk lebih banyak langkah stimulus, meskipun analis memperingatkan bahwa penyelenggaraan Beijing kudu diperhatikan untuk mendapatkan lebih banyak petunjuk," kata Ibrahim.

Dari dalam negeri, lembaga pemeringkat Standard & Poors (S&P) kembali mempertahankan Sovereign Credit Rating alias ranking utang Indonesia pada BBB. Peringkat ini satu tingkat di atas investment grade, dengan outlook stabil pada 30 Juli 2024. S&P meyakini, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal tetap solid dengan ketahanan eksternal dan beban utang pemerintah nan terjaga. Hal ini didukung oleh kerangka kebijakan moneter dan fiskal nan kredibel.

Iklan

S&P memproyeksikan rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia selama tiga sampai empat tahun ke depan bakal tetap terjaga sekitar 5 persen. Proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut didorong permintaan domestik nan tetap kuat, serta peningkatan shopping pemerintah, dan investasi swasta.

Sementara itu, ketahanan sektor eksternal diperkirakan bakal tetap terjaga pada jangka menengah. Kinerja sektor eksternal didukung oleh prakiraan kenaikan ekspor, sejalan dengan penerapan kebijakan penghiliran di tengah pelemahan nilai komoditas. 

Secara umum, S&P meyakini pemerintahan baru bakal memperhatikan aspek keberlanjutan kebijakan, guna menjaga kredibilitas serta menghindari disrupsi ekonomi dan finansial nan signifikan. Sebelumnya, S&P mempertahankan Sovereign Credit Rating Indonesia pada BBB dengan outlook stabil pada 4 Juli 2023. 

Pilihan Editor: Poin Penting PP Kesehatan: Larangan Diskon Susu Formula hingga Rokok Eceran

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis