Rupiah Sore Ini Ditutup Menguat, Analis Prediksi Besok Kembali Naik di Rentang 16.320 - Rp 16.400

Sedang Trending 3 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pada perdagangan sore ini, Selasa, 25 Juni 2024, mata duit rupiah ditutup menguat 19 poin di level Rp 16.375 dari penutupan sebelumnya di level Rp 16.397 per dolar AS.

"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata duit rupiah naik turun namun bakal ditutup menguat direntang Rp 16.320-Rp.16.400," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis hari ini.

Ibrahim mengatakan, Bank Dunia (World Bank) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal stabil pada tahun depan dan tahun-tahun mendatang. Proyeksi ini didorong oleh peningkatan shopping masyarakat, peningkatan investasi bisnis, dan permintaan konsumen nan stabil. Sedangkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia diperkirakan bakal mencapai rata-rata 5,1 persen per tahun dari 2024 hingga 2026. 

Dia menjelaskan, pertumbuhan rata-rata diperkirakan dapat dicapai meski ada tantangan dari meredanya lonjakan nilai komoditas, peningkatan volatilitas nilai pangan dan energi, dan meningkatnya ketidakpastian geopolitik. Sedangkan keberhasilan keahlian ekonomi Indonesia sebagian besar berkah kerangka kebijakan makroekonomi nan kuat dari pemerintah nan membantu menarik investasi. 

Menurut dia, kenaikan harga pangan mengerek inflasi. Inflasi mencapai 2,8 persen pada Mei 2024, naik dari 2,6 persen pada Januari 2024. "Kondisi suasana nan jelek mengurangi panen beras dalam negeri dan mempengaruhi nilai pangan secara luas," ujar dia. 

Iklan

Bank Dunia memperkirakan Bank Indonesia alias BI bakal mulai menurunkan suku kembang tahun depan. Sementara itu, pemerintah meningkatkan shopping sosial dan investasi publik. "Pendapatan menurun lantaran meredanya lonjakan nilai komoditas," tutur dia. 

Ibrahim mengatakan pada April 2024, BI meningkatkan suku kembang referensi ke 6,25 persen. Kenaikan suku kembang terjadi saat bank sentral di negara-negara maju menunda penurunan suku bunga.

"Sehingga memicu keluarnya portofolio dan arus keluar investasi dan menyebabkan tekanan mata duit di Indonesia dan negara berkembang lainnya," kata analis nan juga Presidium Ikatan Alumni Universitas Ibnu Caldun itu.

Pilihan Editor: Heboh Data Kemenhub Disebut Bocor dan Dijual di Dark Web, Benarkah?

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis