Sejarah Family Office di Dunia, Ada Hartono Bersaudara yang Kelola Aset Ratusan Triliun

Sedang Trending 3 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo alias Jokowi mengumpulkan sejumlah menteri di Istana Negara pada Senin, 1 Juli 2024. Mereka membahas skema family office atau instansi family nan pernah diusulkan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan. 

Adapun menteri nan hadir, di antaranya adalah Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno, Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Muhammad Yusuf Ateh, Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara, serta Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar.

Sandiaga membenarkan bahwa pertemuan menteri itu guna membahas penguatan ekonomi, salah satunya, family office.“Iya, ada undangan untuk membahas penguatan ekonomi dan finansial kita, salah satu nan bakal dibahas adalah family office. Nanti dilaporkan setelah pertemuan,” kata Sandiaga. 

Lantas, Apa itu Family Office?

Menurut Forbes, instansi family dirancang untuk memenuhi beragam kebutuhan family dengan kekayaan bersih sangat tinggi nan mencakup manajemen keuangan, perencanaan pajak, filantropi, dan menjaga harta. Entitas-entitas itu beraksi secara privat dalam melindungi kekayaan family kaya dari pandangan publik. 

Secara sederhana, family office adalah perusahaan swasta nan mempekerjakan tenaga kerja untuk membantu mengelola aset dan kebutuhan family miliarder. Oleh lantaran itu, diperlukan staf ahli dengan skill di beragam bidang, seperti properti, akuntansi, manajemen investasi, pengawasan perumahan, hingga pemeliharaan jet pribadi dan kapal pesiar. 

Namun, dalam beberapa waktu terakhir, family office telah mengalami transformasi, salah satu penyebab utamanya lantaran konsentrasi kekayaan nan sangat besar di antara sejumlah perseorangan dan family tertentu. Akumulasi kekayaan dalam jumlah besar disebut memerlukan sistem pengelolaan nan lebih canggih, sehingga mendorong pendirian banyak family office di seluruh dunia. 

Sovereign Wealth Fund (SWF) Institute membikin ranking sepuluh instansi family terbaik di bumi berasas total asetnya nan dipimpin oleh Walton Enterprises LLC, Cascade Investment, Bezos Expeditions, Mousse Partners, Ballmer Group, Waycrosse, Fedesa, The Woodbridge Company, Pontegadea Inversiones, dan Dubai Holding. 

Perkembangan Family Office di Indonesia

Berdasarkan hasil studi nan diterbitkan Raffles Family Office dan Campden Wealth menunjukkan bahwa 58 persen instansi family di Asia Pasifik mengalami pertumbuhan aset nan diinvestasikan (AUM) pada 2021. Survei dilakukan terhadap 76 instansi family tunggal (SFO) dan instansi multi-keluarga (MFO). 

Dalam survei tersebut, total kekayaan keluarga-keluarga di Asia Pasifik dilaporkan mencapai US$ 68 miliar. Sementara total AUM-nya sebesar US$ 41 miliar. 

Iklan

Keberadaan entitas family office di Indonesia sebenarnya bukanlah perihal baru. Beberapa perusahaan nan menawarkan jasa pengelolaan kekayaan family di Indonesia, ialah Primus Wealth, Pricewaterhouse Coopers (PwC) Indonesia nan diluncurkan pada Juni 2023 lalu, dan Hartono Family Office. 

Melansir laman SWF Institute, Hartono Family Office merupakan instansi family nan berlokasi di Jakarta. Perusahaan milik family Hartono (Robert Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono) itu mempunyai aset lancar hingga US$ 21,1 miliar. 

Dalam kesempatan sebelumnya, Sandiaga menyatakan pihaknya tengah menggodok izin untuk menarik potensi ekonomi dari family office yang direncanakan terpusat di Bali. Konsep instansi keluarga, menurut dia, sudah banyak diimplementasikan di beragam negara, seperti Singapura, Malaysia, London (Inggris), Hong Kong, Monako, dan Dubai (Uni Emirat Arab). 

“Saya bakal menghitung berapa sasaran awal dan regulasinya seperti apa nan kudu dihadirkan,” ucap Sandiaga usai menghadiri World Water Forum (WWF) di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, pada Mei lalu, seperti dikutip dari Antara. 

Dia menilai family office menarik dan strategis untuk dikembangkan di Indonesia. Bali dianggap lebih siap lantaran mempunyai ekosistem pariwisata. Di samping itu, pemerintah juga mempunyai kebijakan golden visa untuk mewujudkan penanammodal sekaligus turis asing nan berkualitas. 

“Jadi length of stay-nya (masa tinggal) sangat panjang. Kedua, mereka membawa pendanaan, sehingga keberlanjutannya lebih terasa dan ini sangat cocok dengan konsep golden visa,” ujar Sandiaga. 

MELYNDA DWI PUSPITA | DANIEL A FAJRI | ANTARA

Pilihan Editor:  Jokowi Bakal Bentuk Tim Family Office, Target Kelola Dana hingga Rp 8 Ribu Triliun

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis