Sejarah Sritex, Produsen Seragam NATO yang Disebut-sebut Kini Terncam Bangkrut

Sedang Trending 5 bulan yang lalu

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Keuangan PT Sri Rejeki Isman Tbk alias Sritex, Welly Salam, menanggapi berita nan menyebut perusahaan ini terancam gulung tikar namalain bangkrut. Ia membantah berita tersebut, tapi dia mengaku bahwa pendapatan Sritex menurun drastis.

Penjelasan dari PT Sritex ini juga sebagai respon terhadap surat dari Bursa Efek Indonesia nan dikirimkan pada 21 Juni 2024 mengenai kondisi perusahaan nan dikabarkan bangkrut. “Tidak benar, lantaran perseroan tetap beraksi dan tidak ada putusan pailit dari pengadilan,” kata Welly dalam keterangan tertulisnya nan diterima Tempo pada Senin, 24 Juni 2024.

Welly mengaku pandemi Covid-19 dan persaingan di industri tekstil dunia menjadi aspek utama penurunan pendapatan Sritex. Selain itu, bentrok Rusia-Ukraina dan Israel-Palestina juga menyebabkan penurunan ekspor lantaran terjadi pergeseran prioritas oleh masyarakat area Eropa maupun Amerika Serikat

Welly juga menjelaskan, pendapatan perusahaan menurun akibat over supply tekstil di China. Banyaknya produk China nan masuk ke Indonesia saat ini membikin penjualan produk dari PT Sritex belum pulih. “Yang lenggang patokan impornya, tidak menerapkan bea masuk anti-dumping, tidak ada tarif barrier maupun non-tarif barrier, dan salah satunya adalah Indonesia,” kata dia.

Sritex selama ini dikenal sebagai salah satu raksasa industri tekstil di Indonesia. Perusahaan ini pernah mencapai masa kejayaan dan kerap menjadi langganan bumi internasional. Lantas, seperti apa profil Sritex nan sekarang dikabarkan berada diambang kebangkrutan? 

Profil PT Sritex

Sritex adalah perusahaan tekstil nan didirikan pada tahun 1966 oleh HM Lukminto, laki-laki nan lahir pada  Juni 1946 di Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur. Ia merintis Sritex berasal sebagai pedagang tekstil satuan hingga kemudian berkembang menjadi perusahaan tekstil dan garmen terbesar di Indonesia. 

Sritex bermulai dari sebuah upaya jual beli (UD) berjulukan “Sri Redjeki” di Pasar Klewer, Solo, Jawa Tengah. Pada 1968, upaya mini ini mengalami pertumbuhan pesat dan mulai memproduksi kain kelantang dan celup di pabrik pertamanya di Solo. 

Kemudian di tahun 1978 Sritex terdaftar dalam Kementerian Perdagangan sebagai perseroan terbatas. Pada 1982, Sritex mendirikan pabrik pemintalan pertama mereka, nan menjadi batu loncatan krusial dalam ekspansi perusahaan.

Pabrik tekstil nan berlokasi di Sukoharjo, Jawa Tengah ini beraksi di lahan seluas 150 hektar dengan tenaga kerja mencapai total 25 ribu orang. Sekitar 70 persen produksinya diekspor dan 30 persen lainnya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Selanjutnya: Produsen Seragam Militer NATO dan Jerman....

  • 1
  • 2
  • Selanjutnya
Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis