Sritex Kekurangan Bahan Baku, 2.500 Karyawan Diliburkan

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

TEMPO.CO, Jakarta - Komisaris Utama PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) Iwan Setiawan Lukminto mengatakan, saat ini perusahaannya tengah meliburkan sebanyak 2.500 tenaga kerja akibat kekurangan bahan baku.

Dia menyebut, tidak turunnya izin operasional dari kurator dan pengadil pengawas menjadi penyebab Sritex mengalami kekurangan bahan baku produksi sehingga tidak bisa beraksi seperti biasa.

“Jumlah tenaga kerja nan diliburkan bakal terus bertambah andaikan tidak ada keputusan dari kurator dan pengadil pengawas untuk izin keberlanjutan usaha,” ujar Iwan dalam konvensi pers di Kantor Kementerian Ketenagakerjaan, Rabu, 13 Oktober 2024.

Tidak turunnya izin operasi ini, kata Iwan, menyebabkan terhambatnya aktivitas operasional Sritex. Sebab, izin ekspor dan impor hingga rekening perusahaan tengah dibekukan untuk proses likuidasi nan dilakukan kurator.

Iwan menyebut, saat ini kesiapan bahan baku Sritex hanya cukup untuk berproduksi selama tiga bulan.

Dia pun mengatakan, andaikan kondisi ini terus berlanjut, maka potensi pemutusan hubungan kerja (PHK) juga bakal semakin besar.

“Jadi jika tidak ada going concern dari keberlangsungan itu, ini bakal jadi ancaman, Pak Wamen. Ancaman PHK,” kata Iwan.

Meski demikian, Iwan menegaskan, perusahaannya terus berupaya agar tak terjadi PHK. Dia pun mengklaim, pemenuhan hak-hak tenaga kerja nan tengah diliburkan, seperti pembayaran penghasilan tetap dipenuhi oleh perusahaan.

Sementara, Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Immanuel Ebenezer mengatakan, pemerintah saat ini tengah mengupayakan koordinasi dengan kurator nan menangani proses likuidasi Sritex. Tujuannya, kata Immanuel, agar operasi perusahaan tetap bisa melangkah sehingga tidak terjadi PHK.

“Ini kita bakal juga melakukan upaya koordinasi dengan kurator. Karena ini kepentingan bangsa, ini kepentingan kemanusiaan,” ujar Immanuel. “Ini perintah presiden ya, jadi mau tidak mau kudu kita laksanakan."

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis