TEMPO.CO, Jakarta - PT Sri Rejeki Isman Tbk alias Sritex telah membantah dugaan jika perusahaan itu bangkrut. Manajemen Sritex menepis kabar, perusahaan itu bangkrut. “Tidak benar,” kata Direktur Keuangan Sritex, Welly Salam, Sabtu, 22 Juni 2024.
1. Komentar Menteri Perindustrian
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengomentari soal kondisi perusahaan tekstil Sritex, nan sebelumnya ramai diberitakan ambruk di tengah lesunya industri tekstil.
"Ya kita mesti lihat model bisnisnya seperti apa di Sritex grup itu. Apakah bangkrutnya murni lantaran tekstil, apakah ada masalah-masalah nan dihadapi pusat,” kata Agus di Istana Kepresidenan Jakarta pada Senin, 24 Juni 2024. “Itu kudu kita pelajari kenapa bangkrut.”
2. Pendapatan Menurun
Direktur Keuangan Sritex, Welly Salam mengakui jika pendapatan PT Sritex menurun, lantaran pandemi Covid-19 dan persaingan industri tekstil global. Dampak pandemi dan persaingan jual beli mengakibatkan penurunan pendapat secara drastis.
"Kondisi geopolitik perang di Rusia-Ukraina serta Israel-Palestina menyebabkan terjadinya gangguan supply chain dan juga penurunan ekspor lantaran terjadi pergeseran prioritas oleh masyarakat area Eropa maupun Amerika Serikat,” kata Welly.
3. Sritex Tidak Bangkrut
Manajemen Sritex membeberkan kondisi pendapatan perseroan sedang menurun drastis. Salah satu penyebab utama dari penurunan pendapatan ini lantaran banyaknya produk tekstil murah dari Cina nan membanjiri pasar Indonesia.
Manajemen Sritex menanggapi berita perusahaan tekstil terbesar di Indonesia itu bangkrut. “Tidak benar, lantaran perseroan tetap beraksi dan tidak ada putusan pailit dari pengadilan,” kata Direktur Keuangan Sritex, Welly Salam, dalam keterbukaan info ke BEI surat tertanggal 22 Juni 2024.
4. Usaha Sewaktu Pandemi 2021
Iklan
Pada 2021, saat pandemi, Presiden Direktur PT Sritex Iwan Setiawan Lukminto memaparkan langkah perusahaan tersebut bertahan. "Pertama, kami membikin tatanan kerja nan terstruktur, sistematik, dan efisien," kata Iwan Setiawan Lukminto melalui keterangan tertulis nan diterima di Jakarta, Selasa, 31 Agustus 2021, dikutip Antara.
Industri tekstil Indonesia termasuk salah satu lini upaya nan terkena akibat pandemi. Data Global Industry Outlook Oxford Economics memprediksi sejumlah negara maju, ialah Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan negara-negara Eropa mengalami perihal serupa. Pemulihan ekonomi paling sigap diperkirakan baru terealisasi pada 2023.
PT Sritex, kata Lukminto, telah memberdayakan upaya mikro, kecil, dan menengah (UMKM), menyerap produk masyarakat sekitar. PT Sritex membujuk seluruh karyawannya pantang menyerah menghadapi tantangan akibat pandemi "Kami terus berdampingan tangan, merapatkan barisan untuk saling menguatkan dan mengisi," ucapnya.
5. Tentang Sritex
Sritex perusahaan bagian tekstil nan berdiri pada 1966 oleh H.M. Lukminto. Ia pebisnis kelahiran Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur pada Juni 1946. Mulanya merintis Sritex sebagai perdagangan tekstil eceran. Setelah itu berkembang menjadi perusahaan tekstil dan garmen terbesar di Indonesia.
Mulanya nama upaya jual beli (UD) ini Sri Redjeki nan bertempat di Pasar Klewer, Solo, Jawa Tengah. Pada 1968 upaya mini ini mengalami pertumbuhan pesar dan mulai produksi kain kelantang dan celup di pabrik pertamanya di Solo.
Pada 1978, Sritex terdaftar dalam Kementerian Perdagangan sebagai perseroan terbatas. Pada 1982, Sritex mendirikan pabrik pemintalan pertama, nan merupakan batu loncatan krusial dalam ekspansi perusahaan.
ADIL AL HASAN | ANDIKA DWI | DANIEL A. FAJRI | ANTARA
Pilihan Editor: Bos Sritex Blak-blakan soal Pendapatan Perusahaan Anjlok lantaran Banjir Produk Cina