Makassar, CNN Indonesia --
Tujuh wilayah di Sulawesi Selatan diterjang banjir bandang dan longsor nan mengakibatkan 13 penduduk dilaporkan meninggal bumi dan satu tetap dalam proses pencarian, diduga akibat mitigasi nan kurang maksimal.
Kepala Pusat Studi Kebencanaan Unhas, Ilham Alimuddin mengkritik pemerintah wilayah nan baru membahas kebencanaan setelah terjadi bencana.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita (pemda) baru ramai membahas musibah sebelum sudah terjadi, dengan lakukan tanggap darurat. Padahal investasi dengan mitigasi, agar ada kesiap-siagaan masyarakat saat bencana. Itu nan utama," kata Ilham, Senin (6/5).
Menurutnya perlu ada kampanye mengenai mitigasi. Unhas bakal melakukan itu untuk membantu pemerintah wilayah dan kota menyusun arsip kajian akibat musibah (KRB).
"KRB itu sebenarnya amanah undang-undang, tapi tetap banyak wilayah tidak bisa membikin arsip KRB," ujarnya.
Jika ada arsip KRB, kata Ilham, pemerintah wilayah kudu mengupayakan mitigasi baik lewat langkah pencegahan, edukasi, hingga rencana penanggulangan. Dia pun mengatakan semestinya pemerintah bisa punya sistem pencegahan awal dan tidak menyantap banyak kerusakan alias meminimalisasi jatuhnya korban.
Alih kegunaan lahan
Selain itu, peralihan alih kegunaan lahan juga berpengaruh terjadinya musibah alam seperti, banjir dan longsor. Bukan hanya, intensitas curah hujan nan tinggi.
"Bisa kita lihat banjir semakin meluas, lantaran 10 tahun lampau tutupan lahan tetap banyak nan hijau, vegetasi tetap lebat," katanya.
Peralihan kegunaan lahan terjadi, disebabkan urbanisasi terus terjadi. Pemukiman penduduk meningkat, sehingga memerlukan lahan. Oleh lantaran itu, terjadilah alih kegunaan lahan.
"Jadi tidak hanya alih kegunaan lahan untuk tambang, tapi juga pembukaan lahan untuk pertanian dan perkebunan. Seperti di Enrekang berubah jadi lahan perkebunan bawang, dan di Luwu pembukaan lahan merica," terangnya.
Dia mengatakan saat ini Studi Kebencanaan Unhas telah berada di letak musibah banjir dan longsor di Kabupaten Luwu untuk mengkaji apakah aktivitas alih kegunaan lahan selama 5-10 tahun terakhir memberi akibat signifikan dengan kejadian musibah alam nan terjadi saat ini.
"Contohnya saja di sungai nan dulu lebar, (sekarang) menyempit dan terjadi pendangkalan, akibat sedimentasi dari atas (hulu)," imbuhnya.
(mir/kid)
[Gambas:Video CNN]