Jakarta, CNN Indonesia --
Dalam pertemuannya dengan Komunitas Proklamator Desa di Kedung Sumur, Desa Canggu, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto, Kamis (14/11), calon Gubernur Jawa Timur, Tri Rismaharini, menilai seorang pemimpin kudu turun langsung mendengarkan bunyi rakyat, bukan hanya mengandalkan laporan di belakang meja.
Calon gubernur nomor urut 3 itu pun berbagi pengalaman nan membentuk style kepemimpinannya. Ia mengingat kembali masa-masa awal kampanyenya nan sering dilakukan di tempat-tempat sederhana, apalagi tak lazim.
"Saat saya jadi wali kota pertama, saya pernah kampanye di atas kuburan, di pinggir sungai juga. Orangnya sedikit, tetapi saya senang bisa mendengar bunyi mereka," ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (15/15)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Risma menyampaikan bahwa pengalamannya dekat dengan rakyat mini selama menjadi Wali Kota Surabaya hingga Menteri Sosial telah menumbuhkan visi besar dalam dirinya. Ia berkeinginan membawa pelayanan pemerintah lebih dekat kepada masyarakat desa.
Dirinya percaya untuk membangun Jawa Timur kudu dimulai dari penguatan desa sebagai ujung tombak pembangunan. Oleh lantaran itu, sebagai bagian dari rencananya, dia memperkenalkan konsep command center nan dirancang untuk menghubungkan masyarakat desa dengan beragam jasa pemerintah.
"Kami gunakan command center ini agar rakyat di desa bisa terhubung dengan layanan, meski mereka tidak punya HP juga software nan memungkinkan untuk diakses melalui smartphone," lanjut dia.
Tak hanya konsentrasi pada layanan, Risma juga meletakkan perhatian besar pada pengembangan ekonomi desa. Salah satunya, dia mengawasi nilai komoditas seperti jagung nan kerap anjlok, membikin petani desa kesulitan.
Untuk itu, dia mempunyai rencana menyediakan alat-alat pengolahan produk di setiap daerah, sehingga hasil bumi nan dihasilkan masyarakat desa bisa diolah menjadi produk berbobot lebih tinggi.
"Sebagian hasil jagung bisa kita jual, dan sebagian lagi kita olah menjadi minyak goreng, nan nilai jualnya lebih tinggi daripada minyak biasa," papar Risma.
Dia lantas mencontohkan pengalamannya di Papua saat sukses mengolah kelapa sawit menjadi minyak lokal, nan menurutnya dapat diterapkan di Jawa Timur untuk jagung dan komoditas lainnya. Sehingga desa tidak hanya berjuntai pada nilai pasar nan fluktuatif.
Selain itu, Risma juga berkomitmen untuk mendukung golongan rentan di masyarakat desa. Saat menjabat Wali Kota Surabaya dan Menteri Sosial, dia turun ke jalan untuk menemui para tuna wisma dan menawarkan mereka tempat tinggal di rumah susun sewa nan sangat terjangkau.
"Setiap pagi sebelum kerja, saya mencari tuna wisma dan menyiapkan rumah susun sewa Rp10 ribu per bulan untuk mereka. Mereka kami latih keterampilan, dan setelah siap, mereka kami bekali untuk memulai usaha," bebernya.
Karenanya, Risma menekankan pentingnya support bagi anak yatim, lansia, dan difabel. Menurut Risma, golongan rentan ini adalah tanggung jawab negara nan diamanatkan oleh undang-undang dan agama.
Usai mendengar paparan Risma, Koordinator Proklamator Desa, Pungkasiadi, mewakili 2.500 anggotanya menyatakan support menjadikan Risma sebagai Gubernur Jawa Timur.
"Kami berprinsip, sudah berkeinginan bulat, Proklamator Desa siap menjadikan Bu Risma sebagai Gubernur Jatim. Beliau itu gak kakehan omong (tidak banyak bicara) tapi langsung kerja, sat set, ini nan paling penting," ujar Pungkasiadi.
Mantan Bupati Mojokerto itu menyatakan bahwa rekam jejak Risma sebagai wali kota dan menteri sudah membuktikan bahwa dia adalah sosok pemimpin nan hebat. Hal ini sangat baik untuk Jawa Timur nan bersih, lantaran untuk menjadi pemimpin kudu bersih agar pemerintahannya melangkah baik berbareng rakyat.
(rir/rir)