Terpopuler Bisnis: Penjelasan Bulog atas Harga Beras Mahal, Viral Tas Hermes hingga Kekayaan Dirjen Bea Cukai
Minggu, 5 Mei 2024 06:00 WIB
Petani menggunakan perangkat tradisional untuk membersihkan gabah saat panen di Desa Kawengen, Kabupaten Semarang, Minggu, 28 April 2024. Seiring periode panen raya pada bulan April, Bulog mulai menggunakan beras produksi lokal untuk keperluan support pangan maupun stabilisasi pasokan dan nilai pangan (SPHP). Tempo/Budi Purwanto
Iklan
TEMPO.CO, Jakarta - Berita terpopuler ekonomi dan upaya sepanjang Sabtu, 4 Mei 2024 dimulai dengan penjelasan Bulog atas harga beras nan tetap mahal saat nilai gabah terpuruk.
Kemudian info mengenai lowongan kerja BUMN dan syarat pendaftaran CPNS Kepolisian Khusus Pemasyarakatan (Polsuspas) nan banyak diminati oleh para pelamar dari seluruh Indonesia.
Selain itu buletin mengenai Media sosial X (dulu Twitter) Indonesia tengah dihebohkan oleh tindakan seorang laki-laki nan merobek tas mewah Hermes miliknya di depan petugas Bea Cukai.
Serta kekayaan Direktur Jenderal (Dirjen) Bea Cukai Askolani pun menjadi sorotan warganet di media sosial. Berikut adalah ringkasan dari kelima buletin tersebut:
1. Mengapa Beras Tetap Mahal saat Harga Gabah Terpuruk? Ini Penjelasan Bulog
Diretur Utama Bulog, Bayu Krisnamurthi mengatakan tingginya nilai beras saat panen raya terjadi di tingkat pedagang. Menurut Bayu, pedagang mempunyai pertimbangan tertentu sehingga tidak menurunkan harganya. "Pada musim nan bakal datang mungkin panen tidak sebaik nan diharapkan alias beresiko," ujarnya pada Jumat, 3 Mei 2024.
Menurut Bayu, tingginya nilai beras juga bisa disebabkan oleh situasi internasional. Ketegangan geopolitik di Timur-tengah memicu penguatan kurs dolar Amerika Serikat. "Tampaknya teman-teman di ritel memperhitungkan aspek tadi. Itu sebabnya ke depan saya kira untuk menstabilkan nilai khususnya beras kudu punya keahlian ritel," ujarnya.
Badan Pangan Nasional (Bapanas) pada Jumat, 3 April 2024 mencatat nilai beras medium Rp 13.680 per kilogram. Sedangkan nilai beras premium mencapai Rp 15.890 per kilogram. Harga tersebut tetap termasuk mahal.
Baca buletin selengkapnya di sini.
1
2
3
4
5
Selanjutnya
Rekomendasi Artikel
Konten sponsor pada widget ini merupakan konten nan dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.