TEMPO.CO, Jakarta - Berita terpopuler nan banyak menarik perhatian pembaca adalah tentang perjalanan upaya raksasa industri sepatu Bata nan sempat berhasil di Indonesia hingga akhirnya merugi dan terpaksa menutup pabriknya.
Berita lain nan juga banyak dibaca adalah tentang Koalisi organisasi masyarakat sipil nan terdiri dari Enter Nusantara, Greenpeace Indonesia, dan Market Forces mendesak kepada sejumlah bank untuk berakhir memberikan support pendanaan daya kotor seperti batu bara.
Lalu buletin tentang perusahaan penyedia jasa telekomunikasi dan jasa internet milik Elon Musk, Starlink, nan mulai menawarkan layanannya untuk masyarakat di Indonesia.
Kemudian buletin mengenai area IKN di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur nan tergenang banjir.
Berikut rangkuman buletin terpopuler Tempo.co:
- Pabrik Sepatu Bata Gulung Tikar, Berikut Perjalanan Bisnisnya di Indonesia
Pabrik sepatu Bata di Purwakarta, Jawa Barat resmi ditutup setelah 30 tahun beroperasi. Berhentinya aktivitas produksi diumumkan lewat keterbukaan Informasi di Bursa Efek Indonesia 2 Mei 2024.
PT Sepatu Bata Tbk. telah mendirikan pabrik di Purwakarta sejak 1994. Hasil produksi selama ini dijual di sekitar 400 ritel toko di Indonesia. Perusahaan ini mempunyai sejarah panjang sebagai produsen dasar kaki di Indonesia dan internasional. Bata berdiri sejak 1894 oleh pengusaha sepatu asal Cekoslowakia, Thomas Bata.
Dilansir dari laman resminya, kemunculan Bata di Indonesia dimulai pada 1931. Mulanya, Bata melakukan kerjasama dengan perusahaan kolonial, Netherlandsch-Indisch sebagai importir sepatu nan beraksi di Tanjung Priok.
Enam tahun kemudian, pabrik pertama didirikan di tengah perkebunan karet di area Kalibata, Jakarta Selatan. Pada 1994 Bata membangun pabrik terbesar di Purwakarta. Sedangkan pabrik Bata di Kalibata saat ini sudah tidak ada.
Bata selama ini dikenal sebagai produsen sepatu sekolah dan sepatu laki-laki dan wanita dewasa. Bisnis perusahaan juga membawahi beberapa merek lainnya ialah Marie Claire, Comfit, Power, Bubblegummers, North Star, B-First, and Weinbrenner.
Di dunia, Bata mengoperasikan 27 akomodasi produksi di 20 negara dengan penjualan di 5.000 toko retail di lebih dari 90 negara. Namun di Indonesia, perusahaan mengalami kerugian. Pada 2021, perusahaan tersebut juga pernah mengumumkan penutupan 50 toko selama pandemi Covid-19.
Berita komplit bisa dibaca di sini.
Selanjutnya: Koalisi Desak Perbankan Setop Investasi ke Energi Kotor dan Segera Beralih ke EBT...