The Fed Pangkas Suku Bunga, Sri Mulyani: Dampaknya Terhadap Ekonomi Diharapkan Positif

Sedang Trending 2 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menanggapi langkah bank sentral Amerika Serikat ialah The Federal Reserve (The Fed) untuk memangkas suku bunga. Ia berambisi dampaknya positif bagi perekonomian AS dan seluruh dunia. 

“Itu adalah suatu langkah nan sudah diantisipasi,” kata Sri Mulyani itu ketika ditemui di Gedung MPR/DPR/DPD usai Rapat Paripurna DPR RI ke-7 Masa Persidangan I Tahun Sidang 2024-2025 pada Kamis, 19 September 2024.

The Fed memangkas suku kembang hingga 50 pedoman poin pada Rabu, 18 September 2024, menandakan penurunan pertama mereka dalam empat tahun terakhir. Kini, sasaran suku bunganya berkisar antara 4,75 - 5 persen dari sebelumnya pada 5,25 - 5,5 persen. 

Ringkasan Proyeksi Ekonomi terbaru dari The Fed menunjukkan para kreator kebijakan memprakirakan suku kembang referensi The Fed turun separuh poin persentase lagi pada akhir tahun, satu poin persentase penuh lagi pada 2025, dan separuh poin persentase terakhir pada 2026 hingga berhujung pada kisaran 2,75 - 3,00 persen

“Tentu dampaknya terhadap perekonomian diharapkan positif, baik pada perekonomian Amerika Serikat tapi juga kepada seluruh dunia,” kata Sri Mulyani.

Eks Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menjelaskan, kebijakan higher for longer memang salah satu perihal nan berakibat besar terhadap perekonomian di negara-negara berkembang. Higher for longer adalah ketika bank sentral memutuskan untuk menjaga suku kembang tetap tinggi untuk waktu nan lebih lama.

Iklan

Pemangkasan suku kembang The Fed berbarengan dengan penurunan suku kembang referensi Bank Indonesia (BI) alias BI-Rate sebesar 25 pedoman poin, dari 6,25 persen menjadi 6,00 persen. Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut arah pergerakan suku kembang The Fed sebagai salah satu pertimbangan pemangkasan BI-Rate.

Sebelumnya, saat membahas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 dalam rapat paripurna, Sri Mulyani menyinggung soal akibat tensi dunia dan geopolitik terhadap perekonomian. Ia juga membahas gejolak nilai komoditas nan menyebabkan inflasi serta suku kembang dunia melonjak tinggi.

Di tengah situasi itu, kata Sri Mulyani, Indonesia tetap bisa menjaga dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persen sejak akhir 2021, dengan inflasi terkendali rendah. 

“Ini adalah sebuah capaian nan sungguh sangat baik dibanding banyak negara, dan merupakan prestasi nan sungguh tidak mudah,” kata dia.

Pilihan Editor: Nama Bjorka Disebut-sebut dalam Pembobolan 6 Juta NPWP, Ada Data Milik Jokowi, Gibran, hingga Sri Mulyani

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis