Trump Menang Pilpres AS Bikin Harga Komoditas Terkulai, Ini Penjelasannya

Sedang Trending 2 minggu yang lalu

TEMPO.CO, Jakarta - Harga komoditas mulai dari minyak dan gas hingga logam dan biji-bijian merosot  pada Rabu, 6 November 2024, lantaran dolar menguat setelah Donald Trump dari Partai Republik dinyatakan menang dalam pemilihan presiden AS, nan memicu kekhawatiran tentang tarif dan pertumbuhan ekonomi.

Trump merebut kembali Gedung Putih dengan mengamankan lebih dari 270 bunyi Electoral College nan dibutuhkan untuk memenangkan bangku kepresidenan, menyusul kampanye retorika gelap nan memperdalam polarisasi di negara tersebut.

Harga minyak turun lebih dari 1%, lantaran tekanan dari reli dolar AS, nan ditetapkan untuk kenaikan satu hari terbesar sejak Maret 2023 terhadap mata duit utama lainnya.

Investor percaya bahwa kepresidenan Trump bakal memperkuat dolar lantaran suku kembang mungkin perlu tetap tinggi untuk memerangi inflasi nan bakal berasal dari tarif baru.

Dolar AS nan lebih kuat membikin komoditas nan didenominasi dolar seperti minyak lebih mahal bagi pemegang mata duit lainnya.

Logam mulia juga turun, dengan emas merosot ke level terendah dalam nyaris tiga minggu, sementara tembaga turun lebih dari 2%, menjadikannya logam dasar dengan keahlian terburuk.

"Emas bakal terbelah antara akibat kenaikan inflasi, nan berpotensi memperlambat laju pemotongan suku kembang AS, lantaran tarif diberlakukan dan permintaan berkepanjangan untuk aset safe haven," kata Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank.

Harga komoditas mulai turun semalam lantaran para pedagang mulai memperhitungkan kemungkinan kemenangan Trump.

"Skenario ini diperkirakan bakal menghasilkan tarif nan dijanjikan pada peralatan impor, terutama nan menargetkan Cina, nan berpotensi memicu gelombang baru ketegangan perdagangan dan gangguan ekonomi," kata Hansen.

Namun, Trump dapat memperbarui hukuman terhadap Iran dan Venezuela, dengan menyingkirkan barel minyak dari pasar, nan bakal menjadi perihal nan menguntungkan, kata analis UBS Giovanni Staunovo. Iran mengekspor sekitar 1,3 juta barel per hari.

Harga gas referensi Eropa juga turun nyaris 3% di tengah kekhawatiran tentang pasokan gas dan sikap Trump terhadap bentrok Timur Tengah dan perang Rusia-Ukraina.

Tarif Barang Impor dari Cina sampai 60 Persen

Industri logam industri dan baja Cina dapat menghadapi halangan lantaran Trump telah berjanji untuk mengenakan tarif sebesar 60% pada barang-barang Tiongkok untuk meningkatkan manufaktur AS.

"Harga baja Tiongkok bakal mengalami tekanan lebih rendah jika Trump memenangkan pemilihan, dan kreator baja domestik mungkin menghadapi kerugian nan lebih parah," kata Ge Xin, wakil kepala di Lange Steel Research Centre. "Ini lantaran Trump bakal lebih garang dalam perihal tindakan terhadap Cina."

Pasar tembaga memperkirakan kemungkinan pencabutan inisiatif elektrifikasi AS, termasuk subsidi untuk kendaraan listrik, nan bakal mengurangi permintaan.

Komoditas pertanian juga terpukul, terutama dengan nilai kedelai berjangka nan diperdagangkan lebih rendah. Gandum dan jagung dianggap kurang rentan terhadap ketegangan perdagangan baru dengan Cina.

Dolar nan lebih kuat membikin gandum AS lebih mahal di luar negeri, sementara tarif nan diusulkan Trump dapat mengganggu perdagangan pertanian AS, dengan kedelai khususnya berjuntai pada penjualan ke importir utama Cina.

Ada juga kekhawatiran bahwa Cina dapat menanggapi dengan tindakan pembalasan, nan berpotensi mengurangi ekspor tanaman utama AS dan menciptakan tekanan ke bawah pada harga.

Saham di perusahaan daya bersih Eropa juga turun lantaran Trump berjanji membatalkan proyek pembangkit listrik angin lepas pantai melalui perintah pelaksana pada hari pertamanya menjabat.

REUTERS

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis