TEMPO.CO, Jakarta - Universitas Indonesia membantah tudingan bahwa Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) UI, nan meluluskan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia sebagai doktor, bukanlah sekolah pascasarjana namun lebih mirip mesin pencari duit bagi UI.
Hal tersebut dikatakan oleh Kepala Biro Humas dan Keterbukaan Informasi Publik (KIP) UI Amelita Lusia di Depok, Senin, 21 Oktober 2024, menanggapi beragam reaksi negatif setelah Bahlil meraih gelar ahli dalam waktu 2 tahun.
Amelia mengatakan bahwa sejak didirikan, SKSG UI adalah program pascasarjana unik nan berkarakter multi disiplin pengetahuan dengan jenjang pendidikan magister dan doktoral.
Adapun Prodi Pascasarjana nan berkarakter monodisplin berada pada lingkup fakultas-fakultas mengenai dengan bagian ilmunya.
Bahlil baru saja menjalani sidang promosi doktornya pada Rabu, 16 Oktober 2024 dengan didampingi oleh tim ko-promotor nan terdiri dari Prof Chandra (Dekan Fakultas Ilmu Administrasi UI), Prof Teguh Dartanto (Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI), serta Dr Athor (Direktur SKSG UI).
Amelia mengatakan, UI mengedepankan pendidikan akademik nan bersandar pada 9 nilai UI ialah kejujuran, keadilan, keterpercayaan, kemartabatan, tanggung jawab dan akuntabilitas, kebersamaan, keterbukaan, kebebasan akademik, dan kepatuhan pada aturan.
Amelita mengatakan, Bahlil Lahadalia menjadi mahasiswa Program Studi (Prodi) Pascasarjana SKSG UI pada 2022/2023.
Menurut dia, Bahlil telah mengikuti dan menyelesaikan seluruh tahapan nan diwajibkan kepada semua mahasiswa dalam jalur riset di SKSG UI dan memenuhi semua syarat administratif dan akademik, termasuk menyelesaikan semester pertama hingga sidang riset, dan memenuhi syarat publikasi sebagai bagian dari kelulusan S3.
Mengenai kasus tulisan Bahlil di dua jurnal nan dikategorikan sebagai discontinued atau predator ialah Migration Letter dan Kurdish Studies (Juli 2024) pada saat disubmit kedua jurnal tersebut tetap terdaftar di Scopus.
Bahlil kemudian diwajibkan untuk menyusun tulisan baru di jurnal nan lebih bereputasi, seperti di Elsevier, Taylor & Francis, Springer, Sage, serta Wiley & Son.
Setelah mengikuti Sidang Seminar Hasil Riset 2 pada 27 September 2024 dengan kehadiran pengetes luar dari Kyoto University Prof Kozuke Mizuno, keputusan sidang tersebut menetapkan bahwa Bahlil layak untuk dipromosikan sebagai doktor. Namun dia kudu melakukan revisi sesuai masukan dari para pengetes serta memenuhi persyaratan tiga publikasi.
Pada September 2024 promotor Bahlil menginformasikan dua jurnal di SINTA 2 telah direview dan direvisi, serta tinggal menunggu Letter of Acceptance (LOA).
Iklan
Saat ini Bahlil sudah memenuhi syarat publikasi dengan rincian: satu jurnal internasional bereputasi (Scopus - Journal of ASEAN Studies), satu jurnal SINTA 2 (Reviu Akuntansi dan Keuangan), serta satu prosiding nan dapat digantikan dengan jurnal SINTA 2 (Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen).
Terkait masa studi, Bahlil nan mulai studi pada 2022 telah menyelesaikan empat semester, kata Amelita.
Ia juga mengatakan, sebelum Bahlil, FEB UI pernah meluluskan mahasiswa doktoral dalam waktu 13 bulan 26 hari nan tercatat di Rekor MURI sebagai ahli tercepat.
Tudingan Disertasi Bahlil Mirip Skripsi UIN Jakarta
Mengenai tuduhan kemiripan 95 persen disertasi Bahlil dengan skripsi dari UIN Jakarta, Amelita mengatakan, pihaknya percaya tidak mungkin terjadi lantaran setiap mahasiswa pengarahan pasti diingatkan untuk melakukan pengecekan melalui akun Turnitin.
Hal itu terbukti ketika dilakukan pengecekan ulang, kata dia, tingkat similarity disertasi Bahlil hanya 4 persen (yang disubmit ke SKSG) bukan 95 persen seperti nan diberitakan.
Isu nan berkembang berasal ketika seorang mahasiswa doktoral nan juga pengajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memeriksa keaslian disertasi Bahlil melalui akun Turnitin kampus. Dokumen tersebut tidak dihapus dan tersimpan dalam repositorynya.
Ketika ada pemeriksaan ulang, nan terjadi adalah sistem bakal mendeteksi kesamaan 100 persen lantaran berkas tersebut terekam di database Turnitin. Hal ini menimbulkan kesan Bahlil melakukan plagiarisme terhadap karya mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
"Di tengah derasnya arus info nan menghujani masyarakat melalui beragam saluran, UI menerapkan prinsip kehati-hatian serta check and recheck agar publik menerima info nan benar," kata Amelita.
Pilihan Editor Usai Serahkan Jabatan ke 3 Menteri, Nadiem Makarim: Saya Mau Urus Bayi