Warga Jakarta Marah NIK KTP Dicatut Dukung Dharma-Kun: Ini Lancang

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, CNN Indonesia --

Warga DKI Jakarta berjulukan Adinda mengaku marah sekaligus cemas lantaran Nomor Induk Kependudukan (NIK) KTP miliknya dicatut sepihak sebagai syarat support bakal calon gubernur dan wakil gubernur Dharma Pongrekun-Kun Wardana lewat jalur perseorangan di Pilgub DKI Jakarta 2024.

Adinda mengatakan tidak ada komunikasi apapun baik Dharma Pongrekun-Kun Wardana maupun Ketua RT mengenai pencatutan NIK tersebut.

"Tidak ada dari pihak mereka alias Pak RT, alias siapapun nan komunikasi mengenai perihal tersebut," kata Adinda kepada CNNIndonesia.com, Jumat (16/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adinda mengaku tidak mengenal Dharma Pongrekun dan Kun Wardana. Ia baru mengetahui kedua sosok tersebut usai membaca utas di media sosial X (Twitter).

"Perasaan saya marah dan khawatir. Marah lantaran menurut saya nan mereka lakukan ini sangat-sangat tidak patut," ucapnya.

"Kalau untuk mendapatkan support saja caranya sudah tidak benar, gimana kita mau percaya dan merasa kondusif dipimpin beliau nantinya jika terpilih?" imbuh Adinda.

Adinda mengaku cemas pencatutan NIK secara sepihak terjadi di masa mendatang. Menurutnya, perihal itu bakal merugikan.

"Khawatir lantaran jika mereka saja sudah berani mencatut NIK saya untuk perihal seperti ini, tidak menutup kemungkinan bakal terjadi perihal serupa di kemudian hari nan mungkin bakal merugikan saya," tuturnya.

Wishnu, korban pencatutan lain pencatutan NIK untuk mendukung Dharma-Kun menilai tindakan itu tak beradab dan sama dengan pembohongan publik. 

Dia menegaskan tidak pernah memberikan support apapun kepada pasangan tersebut, tidak pernah berkomunikasi dengan mereka alias tim dari mereka.

"Ini lancang, kurang ajar," kata dia.

Wishnu mengetahui NIK miliknya dicatut pada Jumat pagi, setelah mengecek di laman info pemilu milik KPU. Pada laman itu disediakan fitur bagi penduduk nan mau memeriksa NIK KTP mereka digunakan untuk mendukung calon independen. 

Menurutnya, pencatutan itu sekaligus mengungkap buruknya proses verifikasi tim penyelenggara Pilkada DKI terhadap calon independen. Ia pun meminta pengawas pemilu menyelidiki pencatutan ini dan memberikan hukuman tegas jika betul terjadi pelanggaran.

"Mungkin juga ada dugaan manipulasi dukungan, Bawaslu harus serius mengusut ini," ujarnya. 

Wishnu berkata pencatutan support tidak bisa ditoleransi.

"Kalau awalnya sudah enggak benar, gimana kelak jika terpilih jadi pemimpin," kata dia. 

Sejumlah penduduk DKI Jakarta mengeluhkan dugaan pencatutan identitas sepihak sebagai syarat support bakal calon gubernur dan wakil gubernur Dharma Pongrekun-Kun Wardana lewat jalur perseorangan.

Dugaan pencatutan NIK KTP secara sepihak itu viral di media sosial X (Twitter). Mereka protes lantaran tiba-tiba mereka dinyatakan mendukung pasangan calon kepala wilayah perseorangan.

CNNIndonesia.com telah menghubungi Ketua KPU DKI Jakarta Wahyu Dinata dan Kepala Divisi Teknis Penyelenggaraan Pemilu KPU DKI Jakarta Dody Wijaya soal perihal ini. Namun, keduanya belum merespons. Dharma Pongrekun juga belum merespons soal dugaan pencatutan NIK penduduk tersebut. Sementara itu, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) DKI Jakarta meminta penduduk untuk melapor soal dugaan pencatutan identitas untuk syarat support itu.

KPU DKI Jakarta apalagi telah menyatakan pasangan Dharma Pongrekun-Kun Wardana memenuhi syarat untuk maju sebagai pasangan calon independen di Pilkada DKI Jakarta. Hal ini diputuskan setelah KPU menggelar rapat pleno rekapitulasi hasil verifikasi aktual kedua.

Berdasarkan verifikasi aktual kedua, info support pasangan ini mencapai 826.766 nan lolos verifikasi administrasi. Kemudian, info nan memenuhi syarat 494.467 support dan nan tidak memenuhi syaratnya 332.299 dukungan.

Dharma Porengkun merupakan pensiunan polisi. Ia terakhir kali menjabat analis kebijakan utama di Lemdiklat Polri sebelum pensiun.

Selain itu, sebelumnya dia pernah menjabat Wakil Kepala BSSN, dan Dirtipid Narkoba Bareskrim Polri. Sementara Kun Wardana merupakan pengajar tetap di Institut Sains dan Teknologi Nasional.

(lna/isn)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya
Sumber cnnindonesia.com nasional
cnnindonesia.com nasional