TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan alias Zulhas mengklaim stok beras saat ini mencapai lebih dari 8 juta ton. Ia percaya nilai beras menjelang Natal dan tahun baru (Nataru) bakal stabil lantaran adanya persediaan ini.
“Beras kita stoknya tertinggi sepanjang sejarah. Ada 8 juta ton lebih,” ujar Zulhas saat ditemui usai nyoblos dalam Pemilihan Kepala Daerah alias Pilkada Jakarta di Cipinang Muara, Jakarta, Rabu, 27 November 2024.
Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) ini menjelaskan, stok 8 juta ton beras itu terdiri dari sekitar 2 juta ton di Perum Bulog dan 6 juta ton lebih di masyarakat. Karena itu, dia mengatakan stok beras saat ini aman.
Tahun depan, Zulhas berambisi pemerintah tidak bakal lagi mengimpor beras. Kalaupun kudu impor, kata dia, jumlahnya hanya sedikit. Pasalnya, eks Menteri Perdagangan ini mengatakan pemerintah saat ini menargetkan swasembada pangan sebelum 2027. “Kami bakal berupaya tidak impor."
Direktur Utama Perum Bulog Wahyu Suparyono sebelumnya mengatakan tak bakal merealisasikan sisa kuota impor jika stok persediaan beras pemerintah mencukupi. Setelah merealisasikan impor beras sebesar 2,8 juta ton dari sasaran kuota impor sebesar 3,6 juta ton, perusahaan pelat merah itu saat ini tetap mempunyai sisa kuota impor sebesar 840 ribu ton.
Wahyu Suparyono mengatakan, impor beras tak diperlukan jika stok persediaan beras pemerintah (CBP) telah mencapai 2 juta ton. Saat ini Bulog telah mengamankan stok sebesar 1,8 juta ton. Sisanya, Bulog bakal mengoptimalkan serapan dalam negeri. "Kan keren jika bisa penyerapan dalam negeri," katanya kepada wartawan di Graha Mandiri, Jakarta, Kamis, 21 November 2024.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi sebelumnya mengatakan mau menghentikan impor beras mulai tahun depan. Hal itu seiring program cetak sawah nan sedang digeber Kementerian Pertanian (Kementan).
“Ya jika memandang cetak sawah, kemudian Pak Presiden Prabowo Subianto kan pengennya kita produksi dalam negeri. Ya jangan impor lah, impor itu untuk beras-beras unik aja,” kata Arief kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa, 19 November 2024.
Arief mencontohkan, beras-beras unik nan dapat dikecualikan itu ialah beras basmati dan kao hom mali. Diimpor dari Vietnam dan Thailand, beras-beras itu umumnya diperuntukman untuk hotel dan restoran. Menurut Arief, banyak turis nan meminati nasi dari jenis beras itu.
Namun, Arief mengatakan proporsi beras impor itu sangat kecil, ialah sekitar 20 ribu ton. Kalau Kementan menyampaikan lahan pertanian bertambah 750 ribu hektare dan produksi meningkat 2,5 juta ton, dia mengatakan pemerintah tak lagi perlu mengimpor beras.