TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur PT Zurich General Takaful Indonesia alias Zurich Syariah, Hilman Simanjuntak. mengatakan potensi industri asuransi di Indonesia tetap belum direalisasikan secara maksimal. Menurut Hilman, penetrasi industri asuransi di Indonesia jumlahnya tetap di bawah 5 persen.
“Untuk industri asuransi, penetrasi di Indonesia itu tetap sangat rendah, tetap kurang dari 5 persen,” kata Hilman dalam agenda konvensi pers Zurich Indonesia di Jakarta, Senin, 25 November 2024.
Ia mengatakan, tetap ada potensi besar nan bisa digali untuk membangun industri asuransi di Indonesia. Hilman menyebutkan, setidaknya ada 95 persen dari total calon konsumen alias peserta asuransi nan belum mendaftar asuransi. Hal itu nan kemudian coba dieskplorasi oleh Zurich.
“Jadi bayangkan jika kami bisa meng-capture calon-calon customer, nasabah-nasabah nan 95 persen ini,” ucap Hilman.
Hilman juga menyadari kondisi perekonomian saat ini nan tetap bergejolak, termasuk wacana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11 menjadi 12 persen di tahun depan nan bisa saja berkapak kepada stabilitas industri asuransi.
“Kita lihat kelak dampaknya (kenaikan PPN) gimana ya. Tapi maksudnya sekarang pun kami sudah mengalami, sudah terdampak dari kelesuan alias tekanan di industri,” katanya.
Namun, Hilman optimistis bakal mencatatkan pertumbuhan upaya nan positif di tahun 2025 nanti. Terutama untuk tiga lini upaya utama mereka, ialah asuransi kendaraan, asuransi perjalanan, dan asuransi kesehatan.
Apalagi, kata Hilman, Indonesia telah melewati tahun politik. Sehingga, menurutnya, tahun depan kondisi ekonomi bakal lebih stabil. Hilman menyebut bakal melakukan banyak penemuan untuk bisa mewujudkan pertumbuhan nan positif tahun depan.
“Yang kami fokuskan adalah gimana untuk terus-menerus meningkatkan pelayanan kita kepada nasabah, termasuk di dalamnya adalah proses klaim agar bisa makin cepat, semakin efisien,” kata Hilman.
Sebelumnya hasil survei Inventure 2024 tentang Indonesia Market Outlook 2025 menunjukkan 43 persen kelas menengah merasa cukup menggunakan asuransi kesehatan BPJS tanpa kesehatan asuransi swasta, menurut survei Inventure 2024. Sementara 11 persen memangkas pengeluaran asuransi di luar BPJS, dan 10 persen menghentikan pengeluaran asuransi di luar BPJS.
Nabiila Azzahra ikut berkontribusi dalam penulisan tulisan ini