TEMPO.CO, Jakarta -Serikat Pekerja Indofarma (SPI) berjumpa dengan Wakil Menteri (Wamen) Ketenagakerjaan, Immanuel Ebenezer Gerungan pada Senin, 11 November 2024. Setelah dikonfirmasi, Ketua Umum SPI, Meida Wati, membenarkan adanya pertemuan itu. "Ikut ikut, saya ikut di sana (Kementerian Ketenagakerjaan)," ujar Meida ketika dihubungi Tempo pada Rabu, 13 November 2024.
Dia mengatakan, ada tiga perihal nan dibahas dalam pertemuan antara serikat pekerja Indofarma dengan Wamen Kemenaker. Bahasan pertama soal pengamanan PT Indofarma (Persero) Tbk (INAF), lampau soal perbaikan keahlian industri farmasi, terakhir, soal perlindungan serta pemenuhan hak-hak tenaga kerja dari Pemutusan hubungan kerja alias PHK.
Menurut Meida, holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bagian farmasi itu tetap layak diselamatkan. Alasannya, kata dia, PT Indofarma merupakan perusahaan nan memproduksi hingga mendistribusikan obat dengan nilai terjangkau kepada masyarakat Indonesia. "Indofarma punya tugas memberikan alias memproduksi dan mendistribusikan obat-obatan generik nan murah bagi masyarakat indonesia," ucapnya.
Selain itu, Meida turut menjelaskan soal perlindungan tenaga kerja PT Indofarma agar tidak terjadi PHK. Dia meminta Kemenaker menyelesaikan pembayaran penghasilan pegawai nan telah mengalami tunggakan. "Untuk pembayaran terhadap hak-hak tenaga kerja nan sudah lama tertunda untuk segera bisa diselesaikan seperti itu," tutur Meida.
Apalagi menurutnya saat ini kondisi tenaga kerja di PT Indofarma sudah mengkhawatirkan. Perusahaan sudah menunggak pembayaran penghasilan karyawannya sejak Januari 2024. "Iya, sekarang ini kondisinya lagi ini ya, susahlah di titik ini. Selanjutnya sekarang cemas ya, lantaran pertama secara penghasilan juga belum bisa dibayarkan penuh, tunjangan-tunjangan juga tidak dibayarkan," ujar Meida ketika dihubungi Tempo pada Rabu, 16 Oktober 2024.
Meida mengatakan, manajemen perusahaan PT Indofarma tidak memberikan solusi untuk membantu para karyawan. Meida berujar, jalan keluar nan diungkapkan manajemen perusahaan farmasi itu juga dianggap memberatkan setiap karyawan. "Kalau bicara soal resesi nan bakal dilakukan di bulan ini, ataupun beberapa bulan nan bakal datang, nan ditawarkan sama manajemen juga tidak sesuatu nan tidak solutif bagi kami gitu, malah justru makin memberatkan," ucap dia.